Share |

EFEK EKSTRAK HEKSAN DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT MENCIT PUTIH JANTAN YANG DIINDUKSI POTASSIUM OXONATE
NOBELLIA RENI EKO HABSARI.FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin pada manusia. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan tanaman obat, secara empiris sebagai obat berbagai penyakit salah satunya asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dan potensi ekstrak heksan daging buah mahkota dewa terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan yang diinduksi potassium oxonate dosis 250 mg/kgBB.
Hewan uji diberikan jus hati ayam konsentrasi 10 % 3 kali sehari selama 2 hari. Dua puluh lima ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I (kontrol negatif) diberi CMC Na 0,5 % p.o 0,5 ml/20 gBB, Kelompok II (kontrol positif) diberi allopurinol dosis 10 mg/kgBB, Kelompok III, IV, V diberi ekstrak heksan daging buah mahkota dewa dosis 1,25; 2,5 dan 5 g/kgBB. Induksi potassium oxonate 250 mg/kgBB secara intraperitoneal. Pengambilan darah jam ke 2, melalui vena optalmicus. Serum ditambah reagen Uric Acid FS TBHBA (2,4,6,tribromo 3-hydroxy benzoid acid).Data persentase penurunan kadar asam urat diuji dengan ANAVA 1 jalan (taraf kepercayaan 95%) dilanjutkan uji Bonferonni.
Hasil penelitian menunjukkan sediaan ekstrak heksan daging buah mahkota dewa dosis 1,25 g/kgBB, 2,5 g/kgBB dan 5 g/kgBB yang diinduksi potassium oxonate mempunyai efek dan potensi menurunkan kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan tetapi kemampuan menurunkan kadar asam uratnya lebih kecil dari allopurinol 10 mg/kgBB.
Kata kunci : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.), asam urat, potassium oxonate BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Gout disebabkan oleh deposit kristal asam urat di dalam sendi.
Penambahan asam urat di dalam darah dapat menyebabkan timbulnya kristal-
kristal di berbagai bagian tubuh, termasuk kulit dan ginjal, tetapi sendilah yang
terutama paling mudah terserang. Gout mengenai pria jauh lebih banyak daripada
wanita (Dieppe, 1995). Pada wanita kadar asam urat tidak akan meningkat sampai
setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui
ginjal (Carter, 1995). Gout hampir tidak pernah pada wanita pramenopause,
prevalensinya rendah (1-6 per 10.000) pada wanita < 60 tahun dan 5-6 kali lipat lebih banyak pada pria usia 40-50 tahun (Davey, 2005). Pada primata enzim urikase bertanggung jawab untuk hidrolisis asam urat menjadi allantoin, produk akhir katabolisme purin sangat larut dalam air. Pada hewan-hewan ini mengekskresikan asam urat dan guanin sebagai produk akhir metabolisme purin maupun metabolisme protein (Martin, 1987). Permasalahan yang berhubungan dengan asam urat adalah munculnya penyakit gout dan rematik. Penyakit ini dapat menyerang semua lapisan masyarakat. Persentase kejadiannya sebesar 95% pada pria, sedangkan pada wanita jarang ditemukan, karena adanya estrogen akan meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal (Carter, 1995). 1 2 Berbagai jenis obat sintesis dalam pengobatan gout telah banyak beredar tetapi masih terdapat kekurangan berupa efek samping yang merugikan. Salah satu obat pilihan dalam pengobatan gout adalah allopurinol, tetapi obat ini memiliki efek samping yang tidak sedikit. Efek samping yang muncul gangguan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas dan ruam kulit (Pacher et al., 2006). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif. Mahkota dewa sebagai tanaman peneduh, buahnya berkhasiat menghilangkan gatal dan antikanker. Kulit buah dan daging buah dapat di gunakan untuk mengobati disentri, psoriasis, dan jerawat, sedangkan bijinya beracun. Daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkaloid, saponin, dan polifenol (lignan). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid (Dalimartha, 2005). Pada penelitian sebelumnya membuktikan bahwa perasan daging buah mahkota dewa dosis tengah 13,16 g/kgBB mempunyai efek antihiperurisemia pada ayam jantan jenis Lohman Brown umur 2-4 bulan (Hasturani, 2003). Flavonoid dalam tumbuhan dapat berbentuk aglikon ataupun persenyawaan dengan gula membentuk glikosida sehingga senyawa ini mempunyai kepolaran dari non polar sampai polar. Flavonoid yang berbentuk aglikon dapat dimungkinkan tersari dalam pelarut heksan sehingga akan mampu menarik zat aktif yang berkhasiat untuk menurunkan asam urat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menyatakan keamanan dan keefektifan mahkota dewa maka tanaman ini berpotensi dikembangkan menjadi fitofarmaka. 3 B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana keefektifan dan potensi ekstrak heksan daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) menurunkan kadar asam urat mencit putih jantan yang diinduksi potassium oxonate dosis 250 mg/kgBB jika dibandingkan dengan allopurinol dosis10 mg/kgBB?” C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek dan potensi ekstrak heksan daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) terhadap penurunan kadar asam urat mencit putih jantan yang diinduksi potassium oxonate dosis 250 mg/kgBB jika dibandingkan dengan allopurinol dosis 10 mg/kgBB. D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanaman Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) a. Nama Daerah Di daerah Sumatra (Melayu) namanya Simalakama sedangkan di Pulau Jawa yaitu Makutodewa (Gotama, 1999 ). b. Sistematika Tanaman mahkota Dewa Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Thymelecales Suku : Thymelaceae Marga : Phaleria Jenis : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl (Backer and Van den Brink, 1965) 4 c. Kandungan kimia Kandungan kimia dari buah mahkota dewa terdiri dari golongan saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, lignan, fenol. Flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polar sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton, dimetil sulfide dan air. Lepasnya gula dari ikatan glikosida flavonoid akan menyebabkan mudah larut dalam pelarut seperti eter, kloroform (Markham, 1988). Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula seperti glikosida. Aglikon flavonoid terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida (Harborne, 1989). Flavonoid mempunyai kemampuan menghambat xanthine oxidase. Enzim xanthine oxidase mengkatalis oksidasi dari hypoxanthine dan xanthine dari asam urat yang berperan penting pada gout. Jenis flavonoid yang berperan dalam mekanisme penghambatan enzim xanthine oxidase adalah flavon dan flavonol. Flavonoid menghasilkan banyak aktivitas biologi dan farmakologi, antibakteri, antiviral, antioksidan, dan efek mutagenik dan menunjukkan menghambat beberapa enzim (Cos et al.,1998). d. Kegunaan tanaman Mahkota dewa dapat digunakan untuk efek penghambat pertumbuhan sel kanker (Kurnia dkk., 2005), antiinflamasi (Siswanto dan Nurulita, 2005). Perasan daging buahnya mempunyai efek antihiperurisemia (Hasturani, 2003), Kulit buah dan daging buah 5 digunakan untuk disentri dan jerawat. Daun dan bijinya digunakan untuk pengobatan penyakit kulit seperti, eksim dan gatal-gatal (Dalimartha, 2005). 2. Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang di inginkan akan larut. Pemilihan sistem pelarut yang digunakan dalam ekstraksi berdasarkan atas kemampuannya melarutkan jumlah yang maksimal dari zat aktif, seminimal mungkin bagi unsur yang tidak di inginkan (Ansel, 1989). Hasil Ekstraksi yaitu berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung (Anonim, 1979). Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat yang berkhasiat dalam simplisia mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 2000). Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana. Maserasi di lakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi di gunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari. Pada metode maserasi, bahan yang berupa serbuk simplisia yang halus, direndam dalam pelarut sampai meresap dan melemahkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan segera larut. Serbuk simplisia yang akan disari ditempatkan pada wadah atau bejana bermulut besar, ditutup kemudian dikocok berulang-ulang sehingga 6 memungkinkan pelarut masuk keseluruh permukaan bahan serbuk simplisia (Voigt, 1984). 3. Asam Urat a. Etiologi Asam Urat adalah manifestasi penyakit hiperurikemia, yaitu meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang besarnya biasanya 50-65 mg/L (Mutschler, 1986). Gout hampir tidak pernah terjadi pada wanita pramenopause, prevalensinya rendah (1-6 per 10.000) pada wanita < 60 tahun dan 5-6 kali lipat lebih banyak pada pria usia 40-50 tahun. Faktor lingkungan seperti asupan purin dalam diet, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat seperti aspirin dosis rendah dan diuretik juga turut berperan. Kelainan metabolisme yang diturunkan juga turut berperan karena menyebabkan produksi berlebih atau ekskresi asam urat yang dibawah normal (Davey, 2005). Dalam kondisi normal, mayoritas asam urat diekskresikan melalui ginjal, kira-kira 10% dari asam urat yang difiltrasi oleh glomerolus dikeluarkan melalui urin sebagai asam urat. Sedangkan melalui intestin hanya dikeluarkan dalam jumlah yang sangat sedikit (Gaw et al., 2005). Kadar asam urat dapat meningkat menjadi hiperurisemia jika kadarnya lebih dari 420 μl/ L (7,0 mg/dl) dan ada indikasi peningkatan total urat dalam tubuh (Gaw et al., 1998). Peningkatan konsentrasi asam urat serum pada penyakit asam urat adalah > 6,8 mg/dL pada pria dan > 6,0 mg/dL pada wanita. Normalnya
7
rata-rata produksi asam urat sekitar 600-800 mg tiap hari. Kelebihan
penumpukan ukuran kristal urat mungkin hasil dari salah satu produksi
yang terlalu banyak atau penurunan ekskresi (Dipiro et al., 2005).
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin pada
manusia. Peningkatan kadar darah (hiperurisemia) selain terdapat pada
pirai juga pada penyakit-penyakit yang dibarengi dengan penguraian asam
nukleat (misalnya leukemia). Enzim urat oksidase (urikase) mengkatalis
penguraian oksidatif asam urat menjadi alantoin (Schunack et al, 1990).
Hiperurisemia pada penyakit ini karena pembentukan asam urat
yang berlebihan meliputi gout primer metabolik, disebabkan sintesis
langsung yang bertambah sedangkan gout sekunder metabolik, disebabkan
pembentukan asam urat berlebihan penyakit lain seperti leukemia,
terutama bila diobati dengan sitotoksik, psoriasis, polisitemia vera, dan
mielofibrosis. Sebab yang kedua adalah kurangnya pengeluaran asam urat
melalui ginjal meliputi gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi
asam urat di tubuli distal ginjal yang sehat. Sedangkan gout sekunder
renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada glomerulonefritis
kronik atau gagal ginjal kronik. ketiga perombakan dalam usus yang
berkurang. Namun, secara klinis hal ini tidak penting (Mansjoer dkk.,
1999).
b. Manifestasi klinik
Macam hiperurikemia ada dua yaitu : Pertama Hiperurisemia
Primer meliputi peningkatan produksi purin, idiopati kelainan enzim
8
tertentu (sindrom Lesch-Nyhan) dan penurunan klirens asam urat. Sintesis
pemecahan asam urat pada manusia dan mamalia dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Sintesis dan pemecahan asam urat (Ganong, 2002).
Kedua hiperurisemia sekunder pertama meliputi penurunan
katabolisme dan perubahan purin antara lain: mieloproliferatif,
limfoproliferatif, karsinoma dan sarcoma, anemia hemolitik kronik, Obat
sitotoksin, Psoriasis sedangkan yang kedua meliputi : Penurunan klirens
asam urat antara lain induksi obat (tiazid, probenesid), Hiperlaktisasidemia
(lactis asidosis, alkohol), Hiperketosedemia (diabetes ketoasidosis),
Diabetes insipidus (vasopressin-resisten), Sindrom barrier (Tierney et al.,
2004).
Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi
radang pada sinovia, tulang rawan, dan jaringan lunak. Sering timbul di
tulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan
manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah serangan
arthritis akut pertama (Mansjoer dkk., 1999).
9
Metabolisme asam urat diawali dari nukleosida purin utama, yaitu
adenosin dan guanosin menjadi produk akhir asam urat yang diekskresikan
keluar tubuh. Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi
inosin oleh enzim adenosine deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosilat
inosin dan guanosin, yang dikatalis oleh enzim nukleosida purin
fosforilasi, akan melepas senyawa ribose 1-fosfat dan basa purin.
Hipoxanthine dan guanin selanjutnya membentuk xanthine dalam reaksi
yang dikatalis masing-masing oleh enzim xanthin oxidase dan guanase.
Kemudian xanthin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang
dikatalis oleh enzim xanthine oxidase (Rodwell, 1995) (gambar 2).
c. Patogenesis
Kristal-kristal urat akan memicu respon fagositik oleh leukosit,
sehingga leukosit memakan kristal-kristal urat dan memicu proses
peradangan (Price dan Wilson, 2005). Serangan akut terjadi karena
endapan urat, yang jarum-jarum kristalnya merusak sel dengan
menimbulkan nyeri yang hebat. Sendi membengkak, menjadi panas,
merah, dan amat sakit bila disentuh tersering dijempol kaki, atau
pergelangan kaki-tangan dan bahu. Sering kali terdapat demam tinggi dan
pada stadium lanjut tophi, yakni benjolan keras di cuping telinga, kaki,
atau tangan (Tierney et al., 2004).
10
Asam urat dari purin diproduksi dari 3 sumber yaitu diet purin,
perombakan asam nukleat dan nukleotida purin dan dari sintesis de novo
purin. Normalnya rata-rata produksi asam urat 600-800 mg tiap hari
(Dipiro et al., 2005). Peradangan di sendi mengakibatkan pelepasan zat-zat
kemotaksis yang menarik neutrofil ke cairan synovial. Granulosit ini
memakan kristal urat dengan jalan fagositosis dengan sendirinya musnah
dengan melepaskan beberapa zat, antara lain suatu glikoprotein, radikal
oksigen dan enzim-enzim lisosomal (protease, fosfatase), yang bersifat
destruktif bagi tulang rawan. Glikoprotein tersebut bila diinjeksi intra
artikuler dapat menyebabkan gout. Selain itu dibentuk juga asam laktat
yang mempermudah presipitasi urat selanjutnya karena sifat asamnya.
Mungkin terjadi pula aktivitas sistem prostaglandin. Dengan demikian,
proses peradangan diperkuat dan terpelihara terus-menerus (Tierney et al.,
2004).
11
Gambar 2. Pembentukan asam urat dari nukleosida purin melalui basa
purin melalui basa purin hipoxanthine, xanthine dan guanin
(Rodwell, 1995).
12
d. Diagnosis
Penegakan diagnosis asam urat dapat dilakukan dengan
pemeriksaan, yaitu :
Pengukuran kadar asam urat serum dapat membantu tapi tidak
bernilai diagnostik, sedangkan ditemukannya kristal intrasel pada neutrofil
cairan sinovial yang teraspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi
bernilai diagnostik dan Radiologi pada asam urat yang sudah terjadi akan
memberikan gambaran erosi korteks (seringkali lokasinya jauh dari batas
sendi) (Davey, 2005).
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan kadar asam urat
yang tinggi dalam darah. Di samping pemeriksaan tersebut, pemeriksaan
tofi juga penting untuk menegakkan diagnostik. Diagnostik dapat
dipastikan bila ditemukan gambaran kristal asam urat (berbentuk lidi)
(Mansjoer dkk, 2005).
e. Pengobatan
Tujuan dari pengobatan asam urat adalah membatasi serangan akut,
mencegah kekambuhan (khususnya serangan gout artritis), dan mencegah
komplikasi yang terkait dengan pengendapan kristal urat di jaringan
(Dipiro et al., 2005). Pengobatan pirai dilakukan dengan meningkatkan
ekskresi asam urat melalui kemih atau dengan menurunkan prekursor
konversi xanthine dan hipoxanthine menjadi asam urat (Katzung, 1994).
13
Pada penderita asam urat harus diet rendah purin yaitu dengan
hanya sedikit mengkonsumsi daging atau ikan terutama organ dalam
(jeroan) seperti otak, hati, dan ginjal. Tetapi kini diketahui bahwa
kebanyakan purin dibentuk dalam tubuh dan hanya sedikit yang berasal
dari makanan. Diet yang ketat hanya dapat menurunkan kadar urat 25 %
dan tidak dapat mengurangi timbulnya serangan gout, tetapi diet ini
berguna sebagai suportif dari terapi terhadap batu ginjal (urat) yang sering
kambuh selain itu diusahakan untuk tidak menggunakan tiazid dan
menghindari mengkonsumsi alkohol dan kopi (Tjay dan Raharja, 2002).
4. Allopurinol
Allopurinol berguna untuk mengobati gout karena menurunkan kadar
asam urat. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan,
menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat ini dapat ditingkatkan
dengan urokosurik. Obat ini terutama berguna untuk mengobati penyakit
kronik dengan insufisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi dosis
awalnya harus dikurangi. Berbeda dengan probenesid, efek allopurinol tidak
dilawan oleh salisilat, tidak berkurang pada insufisiensi ginjal dan tidak
menyebabkan batu ginjal. Allopurinol berguna untuk mengobati gout sekunder
akibat penyakit polisitemia vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma,
psoriasis, hiperurisemia akibat obat dan radiasi. Obat ini bekerja dengan
menghambat xantin oksidase enzim yang mengubah hipoxanthin menjadi
xanthin dan selanjutnya menjadi asam urat. Mekanisme umpan balik
14
allopurinol menghambat sintesis purin yang merupakan prekusor xanthine.
Allopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh enzim xanthine oxidase
menjadi alloxanthine yang masa paruhnya lebih panjang daripada allopurinol,
itu sebabnya alopurinol yang masa paruhnya pendek cukup diberikan satu kali
sehari (Gunawan dkk., 2007).
Xanthine oxidase yaitu suatu enzim flavoprotein yang mengandung
molybdenum dan besi, mengoksidasi hipoxanthine dan selanjutnya menjadi
asam urat. Molekul oksigen yang menjadi oksidan pada kedua reaksi itu
direduksi menjadi H2O2, yang kemudian dipecah menjadi H2 dan O2 oleh
katalase. Asam urat bentuk keto terdapat dalam keadaan seimbang dengan
bentuk enol, yang akan kehilangan sebuah proton pada pH fisiologis untuk
membentuk urat. Pada manusia urat merupakan hasil akhir pemecahan purin
dan diekskresikan melalui urin (Stryer, 2000).
Mekanisme penghambatan xanthine oxidase menyebabkan
hipoxanthine dan xanthine dieksresikan lebih banyak dalam urin sehingga
kadar asam urat dalam darah dan urin menurun (Mutschler, 1986). Mekanisme
kerja allopurinol tersaji pada gambar 3.
15
Gambar 3. Mekani
r isme peng ghambatan allopurino terhada
ol ap enzim
xanthin oxidase pada pemb
ne bentukan a asam urat ( (Tjay dan
Raharja, 2002)
Effek sampin yang ser
ng ring terjadi ialah reak kulit, obat harus
i ksi o
dihentika karena gangguan m
an g mungkin men njadi berat. Reaksi ale ergi berupa
demam, menggigil, leucopenia dan leuko
a ositosis, eos
sinofilia, art
tralgia dan
pruritus jjuga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cern kadang-ka
na adang juga
terjadi. D
Dosis untuk penyakit g
k gout ringan 200-400 m sehari, 40
mg 00-600 mg
sehari. Untuk anak 6
U 6-10 tahun 30 mg sehar dan untuk anak di baw 6 tahun
00 ri wah
150 mg s sehari (Gunaawan dkk., 2
2007).
5.
5 Potassiu Oxonate
um
Gambar 4. Struktur po otassium oxonate (Anon nim, 2006)
atau kalium dari asam
Potassium ox
P xonate meruupakan gara kalium a
am
empunyai be molekul 195,18 den
oksonat. Potassium oxonate me erat ngan rumus
molekul C H KN O Potassium mempunya titik didih pada 300oC dan bisa
m ai h C
4 2 3 4.
16
dideteksi pada spektra infra merah. Potassium oxonate bersifat oksidator kuat,
teratogen, karsinogen, mutagen dan mudah mengiritasi mata dan kulit.
(Anonim, 2006). Potasium oxonate merupakan reagen untuk inhibitor
oksidase urat dengan memberikan efek hiperurisemia (Anonim, 2006).
Adapun mekanisme potassium oxonate dalam meningkatkan kadar
asam urat dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Mekanisme aksi dari potassium oxonate dalam meningkatkan
kadar asam urat (Mazzali, et al., 2001)
Penetapan kadar asam urat ditetapkan dengan metode enzimatik,
dengan menggunakan reagen Uric Acid FS* TBHBA (2,4,6-tribromo-
3hydroxybenzoid acid) dengan menggunakan alat spektrofotometer Stardust
FC 15. Adapun mekanisme yang terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama
yaitu asam urat dioksidasi oleh oksigen dengan katalisator enzim urikase
menjadi allantoin, karbondioksida (CO2) dan hydrogen peroksida (H2O2).
Selanjutnya pada tahap kedua hidrogen peroksida yang terbentuk bereaksi
dengan 4-aminoantipirin dan TBHBA (2,4,6-tribromo-3hydroxybenzoid acid)
reaksi ini dikatalis oleh enzim peroksidase (POD) dan menghasilkan senyawa
kuinonimin merah.
17
E. LANDASAN TEORI
Flavonoid dalam tumbuhan dapat berbentuk aglikon ataupun
persenyawaan dengan gula membentuk glikosida, sehingga senyawa ini
mempunyai kepolaran dari non polar sampai polar. Sehingga dapat dimungkinkan
tersari dalam penyari heksan. Daun mahkota dewa mengandung suatu senyawa
benzofenon glikosida yang disebut sebagai phalerin, di dalam kulit buah mahkota
dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid, sementara dalam
daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Senyawa saponin
diklasifikasi berdasarkan struktur aglikon ke dalam triterpenoid dan steroid
saponin. Kedua senyawa ini mempunyai efek antiinflamasi, analgesik dan
sitotoksik (Gotama, 1999).
Berdasarkan penelitian sebelumnya perasan daging buah mahkota dewa
mempunyai efek antihiperurisemia dengan dosis tengah 13,16 g/kgBB pada ayam
jantan jenis Lohman Brown umur 2-4 bulan (Hasturani, 2003), selain itu perasan
daging buah mahkota dewa dosis 15 g/kgBB mempunyai efek antihiperurisemia
pada mencit putih jantan (Pramita, 2010). Flavonoid mempunyai kemampuan
menghambat xanthine oxidase. Jenis flavonoid yang berperan dalam mekanisme
penghambatan enzim xanthine oxidase adalah flavon dan flavonol (Cos et
al.,1998 ).
Allopurinol berguna untuk mengobati gout karena menurunkan kadar
asam urat tetapi obat ini memiliki efek samping yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, perlu dicari alternatif pengobatan yang lebih aman dan efektif.
18
F. HIPOTESIS
Ekstrak heksan daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa
[Scheff.] Boerl.) diduga mampu memberikan efek dan potensi menurunkan kadar
asam urat mencit putih jantan yang diinduksi dengan potassium oxonate dosis 250
mg/kgBB jika dibandingkan dengan allopurinol dosis 10 mg/kgBB.