REDESAIN TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG Penekanan Pada Regionalisme Arsitektur

Share |

oleh: CAHYADI, IPONG F
Abstrak

Sebagai gerbang laut pulau jawa, Pelabuhan Tanjung Mas memiliki andil yang cukup besar, sehingga untuk mengantisipasi terhadap kecenderungan peningkatan kebutuhan pelayanan TPKL tersebut dilakukan upaya penyempurnaan yang diarahkan kepada kecepatan sistem pelayanan. Salah satu alternatif upaya yang ditempuh untuk menyempurnakan yang dilakukan adalah pengembangan TPKL sebagai wadah yang mengakomodasikan kegiatan dan sirkulasi intermoda kedalam sebuah lokasi.

Dari tuntutan fungsional bahwa terminal merupakan tempat berawal dan berakhirnya suatu perjalanan, sehingga sebagai pintu gerbang hendaknya memperlihatkan bahwa terminal bersifat terbuka dan menerima, dan bagi yang meninggalkan akan membawa suatu pengalaman dan kesan “selamat tinggal” tersendiri. Berdasarkan issue tersebut perancang Terminal Penumpang Kapal Laut Tanjung Mas Semarang dirancang dengan mengolah kembali bentuk-bentuk Arsitektur Tradisional (Tradisional Jawa) yang memiliki kesesuaian fungsi yang ada pada bangunan. Arsitektur Tradisional ini yang akan ditransformasikan dalam bentuk arsitektur baru dengan arsitektur modern, sehingga diharapkan bangunan terminal penumpang yang dirancang dengan pendekatan regionalisme nantinya tidak hanya menghasilkan arsitektur yang termasuk dalam kategori instan culture.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Judul
• Terminal.
1. Suatu tempat berakhirnya kegiatan transportasi (Mario Pei)
2. Suatu pusat yang memepunyai daerah yang luas untuk menunjang
kegiatan penumpang dan barang serta merupakan stasiun penghubung
bagi suatu jalur angkutan ( G.G Morriem, 1959).
3. Sebagai tempat berkumpulnya dan asal penyebaran pelaku
transportasi untuk melakukan perpindahan dengan tujuan tertentu1.
• Penumpang.
Pelaku transportasi yang akan menggunakan jasa transportasi yang
mempunyai tujuan tertentu2.
• Kapal Laut.
Alat transportasi air3.
• Pelabuhan.
Keseluruhan wadah aktivitas transportasi laut4.
(perkantoran, perindustrian,pengawasan barang dan termasuk terminal
penumpang).
• Tanjung Emas.
Pelabuhan kapal laut yang berada di kota Semarang5.
• Di.
Kata perangkai yang menyatakan ada pada suatu tempat6.
• Semarang.
Ibu kota propinsi jawa tengah, Indonesia7.
Berdasarkan pengertian judul diatas dapat disimpulkan yaitu suatu
wadah atau pusat untuk menampung kegiatan penumpang dan barang yang
akan menggunakan jasa transportasi air atau laut pelabuhan Tanjung Emas
Semarang.
1.2. Latar Belakang
1.2.1. Potensi pengembangan pransportasi laut.
Sebagai negara maritim terbesar di dunia (The Greatest Ocean State),
yaitu 63, 21% dari luas wilayah Indonesia merupakan daerah perairan, dengan
wilayah laut yang luas (kurang lebih 5,8 juta km2) dimana memerlukan suatu
sistem transportasi laut yang sangat memadai dan efektif. Hal ini lebih
mempunyai arti penting karena Indonesia terletak pada posisi silang dan
persimpangan arus dunia, sehingga sistem perhubungan laut menjadi salah
satu faktor penentu kelancaran hubungan ekonomi, politik dan sosial dengan
negara-negara lain.
Didalam GBHN telah ditetapkan bahwa pembangunan perhubungan
yang meliputi perhubungan darat, laut dan udara, serta pos dan giro diarahkan
untuk memperlancar arus manusia, barang dan jasa serta informasi keseluruh
penjuru Tanah Air. Selain itu untuk memperlancar roda perekonomian,
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara untuk meningkatkan Ketahanan Nasional. Untuk itu
pembangunan perhubungan perlu dilaksanakan secara serasi dan terpadu
dengan sektor pembangunan lainnya dan antara berbagai jenis perhubungan8.
Pengembangan pelayaran nasional perlu terus ditingkatkan dan
diperluas, termasuk penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas
pelabuhan sehingga tranporatasi laut makin mampu berperan mendukung
pembangunan nasional dan dalam menyatukan seluruh wilayah tanah air.
Transportasi laut mempunyai beberapa keistimewaan dibanding moda
tansportasi lainnya, yaitu kemampuan penempuhan jarak yang jauh dengan
daya muat yang besar, mempu menjelajah daerah-daerah terpencil dan
terjangkau segala lapisan dari segi biaya, terutama lapisan menengah
kebawah. Kelebihan tersebut menjadikan transportasi laut menjadi pilihan
utama perhubungan antar pulau.

Dalam proyeksi yang akan datang, pembangunan sarana dan prasarana
transportasi laut lebih diarahkan pada peningkatan pemenuhan kebutuhan dan
pelayanan dalam transportasi laut yang diintegrasikan dengan moda
tranportasi yang lain, misalnya dengan transportsi darat. Hal tersebut
ditunjang dengan fenomena trickle down effect yang selalu muncul disetiap
pembangunan pelabuhan, antara lain penerimaan retribusi daerah dan
kesempatan membuka sektor informal bagi masyarakat khususnya yang
tinggal disekitar pelabuhan, sehingga pada akhirnya memberi keuntungan
pada semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat luas9.
Terlebih lagi, bisnis kelautan pada masa yang akan datang pasti akan
lebih menjanjikan karena terbukti dalam dekade terakhir ini telah
menunjukkan kemajuan yang menggembirakan, jumlah perusahaan pelayaran
meningkat rata-rata 2,8% pertahun, sementara jumlah angkutan yang dimuat
pelayaran juga mengalami kenaikan, yaitu 31%pertahun untuk perusahaan
pelayaran, 16% untuk pelayaran rakyat, dan 19,09% untuk pelayaran perintis.
Dan peluang swasta untuk berperan dalam pelayaran juga semakin meningkat,
hal ini dapat dilihat dari kenaikan angkutan penumpang non-pelni sebesar
4,09% dibanding tahun sebelumnya10.
Untuk meningkatkan perkembangan tersebut, telah dibuat program
pembangunan seperti pembinaan dana armada pelayaran, pengembangan
keselamatan pelayaran, dan pembangunan fasilitas pelabuhan laut terpadu.
Program-program tersebut merupakan peluang berkembangnya transportasi
laut dimasa yang akan datang.
1.2.2. Isu Pelabuhan Semarang.
Kota Semarang merupakan salah satu kota yamg mempunyai
pelabuhan sejak jaman dahulu (Abad XV), dimana ditulis oleh Tom Piers
(Portugis) dalam bukunya Suma Oriental tentang koloni pesisir utara Jawa
yang bernama Semarang, dengan kegiatan pokok berdagang (Penelitian
Undip, 1995). Hal itu menunjukkan bahwa perkembangan kota Semarang
adalah disepanjang pelabuhan tersebut. Dalam perkembangannya dewasa ini
9


10
harian Republika, bisnis Kelautan Terbuka Bagi Swasta, 21 februari 2001
pelabuhan Tanjung Emas Semarang tersebut diarahkan dari pelabuhan rede
menjadi pelabuhan samudera yang mempunyai skope pelayanan regional,
nasional dan internasional. Sehingga fungsi dan perannya bukan hanya
terbatas pada tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan lainnya, tetapi
juga sangat berperan dalam menciptakan kota Semarang sebagai kota dagang
dan industri, yang mana pelabuhan tersebut mampu melayani bongkar muat
barang dan penumpang dengan frekuensi yang terus meningkat.
Pelabuhan Tanjung Emas berada di pantai utara kota Semarang,
pelabuhan ini memiliki jarak pandang terhadap pelabuhan lain yang berada di
pulau-pulau besar wilayah kepulauan Indonesia ini berbentuk poros kipas,
sehingga menguntungkan bagi trayek pelayaran yang berfungsi sebagai alat
transportasi laut. Pelabuhan Tanjung Emas termasuk pelabuhan kelas II, yang
oleh pemerintah ditetapkan menjadi salah satu pelabuhan laut yang terbuka
untuk perdagangan dalam dan luar negeri dan sebagai pintu masuk kapal
pesiar dari luar negeri. Pelabuhan Tanjung Emas ini oleh PT. PELNI sekarang
dikonsentrasikan pada pengembangan angkutan penumpang komersial dan
perbaikan efektifvitas biaya pelayanan perintis. Peran pelabuhan Tanjung
Emas sebagai “terminal” antara kepentingan angkutan laut dan kegiatan
penumpang serta sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di daerah
belakang.
Perkembangan penumpang yang datang dan pergi melalui pelabuhan
Tanjung Emas ini semakin meningkat (9,5%-10,6% pertahun), serta
ditetapkannya pelabuhan ini menjadi pintu gerbang kapal pesiar dalam dan
luar negeri maka rencana pengembangan terminal penumpang yang lebih
spesifik, terencana dan tertata dengan baik sangat diperlukan. Sesuai dengan
kenyataan kondisi lapangan saat ini pelabuhan ini perlu pemisahan area
terminal penumpang dan barang agar kegiatan yang satu dengan yang lain
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
semestinya. Pengembangan pelabuhan Tanjung Emas akan merupakan
dorongan yang meningkatkan perekonomian, industri maupun wisata baik
yang berada di Semarang maupun daerah sekitarnya. Fungsi pelabuhan yang
lain yaitu sebagai pintu gerbang kota Semarang melalui laut ditunjang dengan
segala aktivitasnya merupakan basis infrastruktur yang esensial untuk
perkembangan Pelabuhan Tanjung Emas akan merupakan dorongan guna
meningkatakan ekonomi, industri maupun wisata yang akan menjadi inti
pengembangan daerah belakang. Untuk itu diperlukan penataan
pengembangan kawasan berupa pengembangan aktivitas pendukung dan
penyediaan fasilitas yang memadai guna menunjang laju pertumbuhan kota
Semarang. Selain itu perlu dipikirkan pola gerak dan sirkulasi baik dalam
kawasan maupun dalam terminal penumpang sehingga keberadaan yang ada
dapat saling mendukung.
Dalam perkembangannya kota Semarang perkembangan sektor
transportasi lainnya yang mendukung perkembangan pelabuhan adalah sektor
transportasi darat berupa kendaraan bermotor yaitu: bis, kereta api dan
angkuta. Karena keberadaan angkuta darat akan mempermudah pergantian
moda dari transportasi laut ini. Berdasarkan kenyataan ini, maka betapa
pentingnya arti terminal angkutan darat didalam menunjang perpindahan
moda transportasi dipelabuhan Tanjung Emas.
Mengingat perkembangan kebutuhan akan pelayanan jasa transportasi
laut semakin meningkat, maka untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut
perlu dilakukan upaya penyempurnaan sistem pelayanan, yaitu dengan
meninjau kembali kondisi serta peran TPKL sebagai wadah yang
mengakomodasikan kegiatan pelayanan dan sirkulasi.
Serta mengupayakannya kepada peningkatan kualitas pelayanan yang
lebih memadai dimasa mendatang11.
1.3. Permasalahan
1.3.1. Permasalahan Umum.
Bagaimana upaya mendapatkan kemudahan dan kelancaran proses
perpindahan intermoda, yang lebih memenuhi adanya efisiensi dan
efektivitas sistem pelayanan serta mampu memberikan image tersendiri bagi
para pengguna dalam TPKL di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
1.3.2. Permasalahan Khusus.
Permasalahan yang sering muncul adalah penataan sirkulasi baik
calon penumpang, penumpang, barang dan pengantar yang kurang optimal
sehingga terjadi Crossing atau percampuran antara kegiatan kedatangan
dengan kegiatan keberangkatan. Bagaimana menciptakan tata ruang dan tata
sirkulasi berdasarkan alur gerak perpindahan yang memberikan kemudahan
penemuan jalur bagi pemakai bangunan terminal.
Membentuk dan memberi karakter ruang dan bentuk fisik bangunan
dalam kaitan dengan terminal sebagai titik simpul dan jalur sirkulasi, yaitu
dengan cara menyatukan/meleburkan arsitektur lama dengan arsitektur masa
kini dalam bangunan TPKL Tanjung Emas, sehingga dapat menghasilkan
bangunan yang bersifat abadi dan sesuai dengan tuntutan yang ada.
1.4. Tujuan Dan Sasaran
Tujuan dan sasaran pembahasan adalah mampu menciptakan
alternatif jawaban desain dalam memberikan pelayanan transportasi secara
optimal dan terciptanya konsep dasar perancangan suatu terminal
penumpang kapal laut terpadu. Selain itu menghasilkan konsep perancangan
yang dapat dipakai sebagai pedoman rancangan bangunan Terminal
11
Bagian operasional, Devisi Teknik PT Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung
emas.
Penumpang Kapal Laut yang dapat memberikan citra/identitas daerah
melalui upaya regionalisme dalam arsitektur.
1.5. Lingkup Pembahasan
Pembahasan ditekankan pada aspek arsitektural yaitu mengenai
aspek fisik dan aspek spasial, sedangkan aspek non-arsitektural digunakan
sebagai penunjang dalam mencari penyelesaian masalah.
Adapun perencanaan TPKL ini diproyeksikan untuk jangka waktu
20 tahun mendatang, yaitu untuk mencukupi kebutuhan sampai dengan
tahun 2023.
1.6. Metode Pembahasan
Dalam penyusunan pembahasan ini, metode-metode yang dipakai
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Deskriptif : menganalisa masalah-masalah yang ada
dan yang mungkin timbul untuk dijadikan bahan pemikiran.
2. Studi Banding : menganalisa bangunan-bangunan yang
sudah ada.
3. Studi Pustaka : membaca literatur yang menunjang.
4. Survei Instansional : mencari data-data dari instansi
terkait.
5. Survei Lapangan : mencari data-data dari lokasi.
6. Wawancara
1.7. Sistematika Pembahasan
BAB IPENDAHULULAN
Berisi latar belakang, permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup
pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi gambaran tentang sistem transportasi, pelabuhan, angkutan
darat, dan terminal angkutan terpadu, tentang tinjauan terminal
penumpang kapal laut. Dan Regionalisme Arsitektur Berisi
tentang teori regionalisme arsitektur, karakteristik arsitektur,
regonal jawa dan kesimpulan.
BAB III TINJAUAN TPKL TANJUNG EMAS
Tinjauan Pelabuhan Tanjung Emas, berisi sejarah, fungsi dan
peran, kondisi tpkl Tanjung Emas dan rencana pengembangannya.
BAB IV PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN
PERENCANAAN
Berisi tentang pendekatan konsep perencanaan dan perancangan
suatu terminal kapal laut di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Berisi perumusan konsep-konsep yang mendasari perencanaan dan
perancangan lebih lanjut terminal penumpang kapal laut di
Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Pardiman P, Prinsip-prinsip regionalisime arsitektur, 1993 dalam Skripsi
Siswanto UGM 1998 Yogyakarta
Arya Ronald, Ciri-ciri Karya Budaya Dibalik Tabir Keagungan Rumah Jawa,
Penerbit universitas Admajaya, cetakan Kedua,1997, Yogyakarta
Bambang Triatmojo, Pelabuhan, 1996, Yogyakarta
Broadbent, G, Bunt, R, Jencks, C, signs, Symbols and architecture, John Willey
and Sons, 1980, Chichester
Chiara, J,D, Calender, J, Time Saaver Standards for Building Types, 1980,
Singapore
Ching, F,D,K, Arsitektur, Bentuk, Ruang dan Susunannya, Erlangga, 1984,
Jakarta
Curtis, Regionalisme Arsitektur , 1985 dalam Skripsi Siswanto 1998 UGM,
Yogyakarta
Hendraningsih, dkk, Peran, Kesan dan Pesan Bentuk-bentuk Arsitektur,
Djambatan, 1987, Jakarta
IAI, Rekaman Kongres Nasional II IAI Ikatan Arsitektur Indonesia di yogyakarta
Desember 1982, Bidang Sinfar IAI, 11984, Jakarta
Kenneth Frampton, Prinsip prinsip pendekatan regionalisme ,1983 Dalam Skripsi
Siswanto UGM 1998 Yogyakarta
Mangunwijaya, Y.B. Wastu Citra, Pengantar ke Ilmu Budaya Bentuk Arsitektur,
Sendi-sendi Filsafatnya, Beserta Contoh-contoh Praktis, PT Gramedia,
1988, Jakarta
Master Plan Pelabuhan Tanjung Emas, 2001 Semarang
Neufert, Ernst, Data Arsitek, Jilid II, Cetakan Ketiga, 1990, Penerbit erlangga,
Jakarta
Neufert, Ernst, Data Arsitek, Edisi 33, Jilid I, Penerbit Erlangga, 1996, Jakarta
Perum. Pelabuhan III Cabang Tanjung Emas Semarang, Studi Evaluasi
Lingkungan (SEL) Pengembangan Pelabuhan Laut Tanjung Emas
Semarang, Draf Final Raport, 1989, Semarang