Tampilkan postingan dengan label skripsi.S1.Ekonomi Manajemen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skripsi.S1.Ekonomi Manajemen. Tampilkan semua postingan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA
KSP SURYA DANA BANYUMANIK SEMARANG

Oleh:WIDYA MAHARANI/B100060257.UMS

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Surya Dana Banyumanik Semarang dengan melakukan analisis keuangan melalui rasio keuangan sebagai dasar penilaiannya. Dari hasil analisis tersebut diharapakn dapat bermanfaat bagi koperasi sebagai bahan evaluasi, sehingga untuk tahun mendatang dapat dilakukan perbaikan terhadap kelemahan yang ada.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ”Diduga kinerja keuangan pada Koperasi Simpan Pinjam Surya Dana Banyumanik Semarang itu belum sesuai standart Departemen Koperasi jika dilihat dari rasio keuangannya”. Dan untuk mengujinya dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, dan rasio solvabilitas,
Berdasarkan pembahasan dan rasio keuangan Koperasi Simpan Pinjam “Surya Dana” Banyumanik Semarang diperoleh hasil sebagi berikut : menurut rasio likuiditas dapat diketahui bahwa belum sesuai dengan Standar Departemen Koperasi. Ini bisa dilihat pada cash ratio, hanya pada tahun 2006 dan 2008 dikatakan Likuid yaitu sebesar 16,71 % dan 17,9%. Pada loan to funds ratio semua pada posisi likuid pada tahun 2006 - 2008. Tetapi pada loan to total asset semua pada posisi Illikuid pada tahun 2008, karena mengalami kenaikan hingga 81,09%. Sedangkan dari hasil analisis loan to total deposit ratio pada posisi Illikuid di tahun 2008 yaitu sebesar 93,36%. Berdasarkan rasio rentabilitas, net profit margin dan return on equity lebih tinggi dari rata – rata yang ditetapkan Departemen Koperasi yaitu 5 % dan 15%. Untuk net income on total asset juga mengalami penurunan hingga 0,47% pada tahun 2008. Untuk rasio solvabilitas pada liabilities to total asset mengalami Insolvabel, karena diatas standar yang ditetapkan Departemen Koperasi sebesar 70 % - 80 %. Sedangkan time interest earned masih terlalu tinggi hingga mencapai 1 kali pada tahun 2006 adanya biaya bunga yang masih terlalu tinggi. Jadi selama periode tahun 2006 – 2008 kinerja keuangan Koperasi Simpan Pinjam “Surya Dana” Banyumanik Semarang dapat dikatakan belum sesuai standar Departemen Koperasi.
Kata Kunci : rasio keuangan, kinerja keuangan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
asas-asas kekeluargaan dan koperasi adalah suatu bangunan usaha sesuai
dengan susunan perekonomian yang dimaksud itu. Perekonomian Indonesia
yang berdasar atas azas demokrasi ekonomi bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur. Oleh karena itu perekonomian Indonesia
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Bentuk yang
sesuai itu adalah koperasi sebagai lembaga kerakyatan yang bersifat sosial.
Koperasi merupakan peranan yang cukup penting dalam perekonomian
Indonesia sehingga pemerintah memberi peluang yang cukup besar kepada
pihak swasta untuk terbentuknya koperasi-koperasi baru.
Dalam kegiatan usahanya, koperasi mempunyai tujuan yang hendak
dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah
manajemen yang tepat salah satunya adalah dalam pengambilan keputusan.
Dalam pengambilan keputusan ini pihak manajemen dapat memanfaatkan
laporan keuangan perusahaan yang selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisa.
Laporan keuangan adalah instrumen yang tepat untuk dijadikan bahan
analisa kinerja koperasi dari tahun ke tahun berikutnya, karena didalam
laporan keuangan terdapat informasi yang penting seperti sumber daya
perusahaan, kewajiban atau hutang dan kekayaan pemilik. Dalam laporan
keuangan juga mencerminkan hasil-hasil yang telah dicapai selama satu
1
periode tertentu. Dalam mengadakan analisa dan evaluasi terhadap laporan
keuangan akan dapat diketahui keadaan keuangan perusahaan juga
perkembangan keuangannya. Disamping itu juga dapat diketahui kelemahan-
kelemahan yang masih ada.
Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari laporan
pertanggungjawaban pengurus yang juga merupakan bagian dari sistem
pelaporan keuangan. Dalam kegiatan usaha koperasi agar berkembang dengan
baik dituntut untuk menyusun laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan
laba rugi. Untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan koperasi
mengalami perkembangan, diadakan analisa mengenai faktor-faktor yang
mendukung pencapaian usaha.
Analisa laporan keuangan dalam banyak hal mampu menyajikan
indikator-indikator yang penting dalam keadaan keuangan perusahaan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Indikator-indikator keuangan yang merupakan rasio-rasio juga
dapat dipakai untuk menilai kinerja keuangan dalam perusahaan yaitu dengan
menggunakan sistem standar rasio yang telah ditetapkan. Sedangkan rasio itu
sendiri merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut
untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang lain dari suatu
laporan keuangan. Dalam hal ini produk keputusan yang diambil dan
dihasilkan akan tepat pada sasaran yang pada akhirnya akan membawa
koperasi pada tujuan yang hendak dicapai. Pada garis besarnya analisa laporan
keuangan dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu atau rasio-rasio
tertentu dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja sebuah koperasi.
Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari
aktivitas dari para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerja
samanya, memiliki kegairahan kerja dan mentaati ketentuan serta garis-garis
kebijakan yang telah ditetapkan dalam rapat anggota. Dengan demikian usaha
meningkatkan taraf hidup mereka tergantung dari aktivitas mereka sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan pentingnya analisa rasio untuk
mengetahui kinerja keuangan pada suatu badan, penulis tertarik untuk
membahas masalah tersebut dan menyusunnya dalam bentuk skripsi yang
berjudul: ”ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA KSP SURYA
DANA BANYUMANIK SEMARANG”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas penulis secara tersirat telah
memberikan gambaran secara umum mengenai penilaian kinerja
keuangan pada suatu badan usaha. Maka untuk memberikan arah
penulisan dan kerangka pemahaman yang jelas dikembangkan pokok
permasalahan sebagai berikut :
”Apakah kinerja keuangan pada KSP Surya Dana di Banyumanik Semarang
telah memenuhi standar Departemen Koperasi bila ditinjau dari rasio
keuangan selama tahun 2006-2008 ?”
C. PEMBATASAN MASALAH
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan
koperasi, akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa keterbatasan dalam
melakukan penelitian. Keterbatasan-keterbatasan ini adalah :
1. Data laporan keuangan yang digunakan dalam skripsi adalah selama tiga
tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 untuk Koperasi Simpan
Pinjam Surya Dana Banyumanik Semarang.
2. Analisis rasio yang digunakan dalam skripsi ini berupa rasio likuiditas,
rentabilitas, dan solvabilitas.
D. TUJUAN PENELITIAN
Adapun penelitian ini dilaksanakan mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengevaluasi kinerja keuangan pada KSP Surya Dana di
Banyumanik Semarang.
2. Sebagai bahan perbandingan dan untuk menambah pengetahuan bagi
pihak yang berkepentingan dalam bidang keuangan.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis mempunyai manfaat sebagai berikut :
a. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan
perbandingan antara teori dengan praktek.
b. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pimpinan koperasi untuk
mengetahui kinerja keuangan koperasi.
F. SISTEMATIKA PENYUSUNAN SKRIPSI
Skripsi ini dibagi atas 5 bab pembahasan, meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,
perumusan masalah,pembatasan masalah, tujuan
penelitian,manfaat penelitian, dan sistematika penyusunan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang penjelasan dan beberapa teori yang
dijadikan dasar meliputi pengertian manajemen keuangan,
pengertian kinerja keuangan dan laporan keuangan, fungsi laporan
keuangan, tujuan laporan keuangan, sifat laporan keuangan, bentuk
laporan keuangan, analisis laporan keuangan, alat yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan dan hasil penelitian sebelumnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi penjelasan dari kerangka pemikiran, hipotesa, data dan
sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Meliputi penjelasan gambaran umum perusahaan, analisis data, dan
pembahasannya.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan, keterbatasan masalah dan saran-saran yang
diharapkan ada manfaatnya bagi pihak yang bersangkutan dan
bagi pembaca.

Selengkapnya.....

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI
FINANCIAL DISTRESS DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh: BUDI UTOMO/B100060253.UMS
Abstrak
Penelitian ini bermaksud melakukan analisis terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi Financial Distress dan pengaruh kondisi tersebut terhadap Return Saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun faktor yang ingin diteliti dalam penelitian ini dalah rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio Aktivitas; ukuran perusahaan yang di ukur dari besarnya kekayaan perusahaan (total aktiva); serta ingin mengetahui pengaruh kondisi financial distress terhadap return saham.

Sampel dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2008 dengan metode purposive sampling. Hasil dari seleksi sampel didapat 103 perusahaan dari 238 perusahaan yang listing di BEI antara tahun 2003 sampai tahun 2008, yang selanjutnya dibedakan menjadi dua kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress pada tahun 2007- 2008. Sehingga pengamatan yang dilakukan empat tahun sebelumnya yaitu tahun 2003-2006. Hal ini dimaksudkan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan sebelum mengalami financial distress. Data di olah dengan menggunakan program SPSS versi. 11 yang lebih dahulu di cari besarnya rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, dan ukuran perusahaan, serta besarnya return saham perusahaan yang masuk sebgai sampel antara tahun 2003-2006. Diuji dengan statistik deskriptif, uji normalitas data, uji binary logistic regression untuk uji hipotesis pertama dan uji t test untuk mengujiperbeaan return saham.
Koefisien Regresi untuk variabel Rasio Likuiditas sebesar 0,229 dengan nilai wald 3,825 signifkan pada taraf 0,05. Koefisien regresi variabel Rasio Solvabilitas -0,897 dengan nilai wald 4,882 signifikan pada taraf 5%. Variabel Rasio Profitabilitas memiliki koefisien regresi 2,648 dengan nilai wald 14,011 dengan signifikansi 0,000. Variabel rasio aktivitas dan Ukuran perusahaan mempunyai koefisien regresi masing-masing sebesar 0,351 dan 0,374 dengan nilai wald 4,063 dan 7,579 yang signifikan pada taraf 5%. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa rasio Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Aktivitas dan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kondisi Financial Distress, sehingga hasil ini mendukung hipotesis pertama penelitian ini dinyatakan diterima. Penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Machfoedz (1994), Swandari (2002), Luciana spica almilia (2003). Dan dari hasil t test di peroleh nilai t sebesar 1,819 dengan signifikansi 0,070 yang lebih besar dari 0,05, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak mengalami financial distress. Hipotesis kedua penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan return saham antara perusahaan yang listed dengan yang delisted, dinyatakan di tolak.
Kata kunci : Financial Distress, Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Aktivitas, Ukuran Perusahaan, dan Return Saham.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan
salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan perusahaan, yang sangat berguna untuk mendukung
pengambilan keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji menjadi lebih
bermanfaat dalam pengambilan keputusan, data keuangan harus dikonversi
menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Hal ini
ditempuh dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang sering
digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio
keuangan.
Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan
oleh pihak eksternal perusahaan, seperti: investor, kreditor, auditor, pemerintah
dan pemilik perusahaan. Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya bereaksi
terhadap sinyal distress seperti: penundaan pengiriman, masalah kualitas produk,
tagihan dari bank dan lain sebagainya untuk mengindikasikan adanya financial
distress yang dialami oleh perusahaan. Dengan diketahuinya financial distress
yang dialami oleh perusahaan diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk
memperbaiki situasi ini.
Model sistem peringatan untuk mengantisipasi adanya financial distress
perlu untuk dikembangkan, karena model ini dapat digunakan sebagai sarana
1
2

untuk mengidentifikasikan bahkan untuk memperbaiki kondisi sebelum sampai
pada kondisi krisis. Perusahaan manufaktur yang besar sangat tertarik pada
kesehatan keuangan supliernya untuk menghindari adanya gangguan yang
berkaitan dengan produksi dan skedul distribusi. Platt dan Platt (2002)
mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang
terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Platt dan Platt (2002)
menyatakan kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financial
distress adalah:
1. Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum
terjadinya kebangkrutan.
2. Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau take over agar
perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan
dengan lebih baik.
3. Memberikan tanda peringatan awal adanya kebangkrutan pada masa yang
akan datang.
Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka
dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk
penelitian yang menggunakan rasio-rasio keuangan yaitu penelitian-penelitian
yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk tujuan
dan financial
memprediksikan kinerja perusahaan seperti kebangkrutan
distress.
Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress
perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress
3

perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk
mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan. Banyak sekali literatur
yang menggambarkan model prediksi kebangkrutan perusahaan, tetapi hanya
sedikit penelitian yang berusaha untuk memprediksi financial distress suatu
perusahaan. Hal ini dikarenakan sangat sulit mendefinisikan secara obyektif
permulaan adanya financial distress.
Rasio analisis tradisional berfokus pada profitabilitas, solvabilitas
dan likuiditas. Perusahaan yang mengalami kerugian, tidak dapat membayar
kewajiban atau tidak likuid mungkin memerlukan restrukturisasi. Untuk
mengetahui adanya gejala kebangkrutan diperlukan suatu model untuk
memprediksi financial distress untuk menghindari kerugian dalam nilai investasi.
Macfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam
memprediksi laba perusahaan dimasa yang akan datang. Ditemukan bahwa
rasio keuangan yang digunakan dalam model bermanfaat untuk
memprediksi laba satu tahun ke muka, namun tidak bermanfaat untuk
memprediksi lebih dari satu tahun.
Penelitian berkaitan dengan prediksi kebangkrutan bank di Indonesia
dilakukan oleh Wilopo (2001). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
untuk memprediksikan kebangkrutan bank adalah rasio keuangan model
CAMEL (13 rasio), besaran (size) bank yang diukur dengan log. assets, dan
variabel dummy (kredit lancar dan manajemen). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa secara keseluruhan tingkat prediksi variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini tinggi (lebih dari 50% sebagai cutoff value-nya). Tetapi jika dilihat
4

dari tipe kesalahan yang terjadi tampak bahwa kekuatan prediksi untuk bank
yang dilikuidasi 0% karena dari sampel bank yang dilikuidasi, semuanya
diprediksikan tidak dilikuidasi. Simpulan ini diambil didasarkan atas tipe
kesalahan yang terjadi, khusus kasus di Indonesia ternyata rasio CAMEL serta
variabel-variabel independen lain yang digunakan dalam penelitian ini belum
dapat memprediksikan kegagalan bank. Dengan demikian perlu eksplorasi lebih
lanjut terhadap variabel lain di luar rasio keuangan agar diperoleh model
yang lebih tepat untuk memprediksikan kegagalan bank.
Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kondisi financial distress
perusahaan pada umumnya menggunakan rasio keuangan perusahaan. Perluasan
dari penelitian yang berkaitan dengan prediksi financial distress suatu perusahaan
telah dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel penjelas lain yaitu kondisi
ekonomi (misalnya: tingkat inflasi) dan opini yang diberikan auditor pada laporan
keuangan kliennya dan perbedaan industri. Beberapa penelitian yang
menggunakan rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan adalah: Zmijewski (1983) dalam Foster (1986), Lau (1987), Poston et
al. (1994), Doumpos dan Zopounidis (1999) serta Platt dan Platt (2002).
Penelitian financial distress dan kebangkrutan perusahaan seperti yang
dilakukan oleh Platt dan Platt (1990), menggunakan sampel pada beberapa
industri. Untuk mengontrol perbedaan industri maka digunakan industry
normalizing ratios. Platt dan Platt (1990) melakukan penyelidikan stabilitas dan
kelengkapan model kebangkrutan berdasarkan industry-relative ratio yang
dibandingkan dengan rasio yang tidak disesuaikan berdasarkan jenis industrinya.
5

Hasil penelitian Platt dan Platt (1990) memberikan bukti bahwa industry-relative
ratio memiliki tingkat klasifikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasio
keuangan yang tidak disesuaikan berdasarkan jenis industrinya.
Sedangkan beberapa penelitian lain berusaha untuk memasukkan variabel
penjelas lain yaitu sensitifitas perusahaan terhadap kondisi ekonomi yang
diekspektasikan mempunyai peran utama dalam membedakan perusahaan yang
mengalami financial distress dan yang tidak mengalami financial distress.
Argumentasi yang mendasari dimasukkannya variabel makro dalam model
prediksi financial distress adalah variabel keuangan saja mungkin tidak cukup
untuk menjelaskan kondisi financial distress perusahaan, sehingga diperlukan
variabel penjelas lain yaitu sensitifitas perusahaan terhadap faktor-faktor makro
ekonomi. Dengan kata lain, perusahaan-perusahaan yang lebih sensitif terhadap
krisis ekonomi seharusnya lebih mudah untuk mengalami kondisi financial
distress dibandingkan dengan perusahaan yang kurang sensitif dari krisis
ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2003) tentang kondisi financial
distress pada perusahaan yang ada di indonesia menemukan bahwa Berdasarkan
penjelasan diatas maka rasio relatif industri, sensitifitas perusahaan terhadap
kondisi makro ekonomi dan reputasi auditor merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi delisted suatu perusahaan.
Perusahaan manufaktur yang besar sangat tertarik pada kesehatan
keuangan supliernya untuk menghindari adanya gangguan yang berkaitan dengan
produksi dan skedul distribusi. Perusahaan yang besar memiliki risiko yang besar
6

terhadap perusahaan kondisi keuangan. Ukuran perusahaan sering dilihat dari
kekayaan yang dimilikinya atau nilai dari total aktiva.
Investor sering memakai laporan keuangan untuk melakukan analisis
fundamental suatu perusahaan guna mendapatkan keuntungan berupa capital gain.
Para investor mendapatkan keuntungan dari capital gain yaitu selisih antara harga
saham yang ada di pasar dengan nilai buku dari saham. Kondisi keuangan
perusahaan yang dapat di lihat dari laporan keuangan yang di terbitkan perusahaan
dapat mempengaruhi investor dalam melakukan perdagangan saham di bursa.
Pengaruh tersebut menyebabkan harga saham naik ataupun turun. Dengan kondisi
naik/turunnya harga saham maka akan mempengaruhi return yang diperoleh
investor.
Penelitian ini bermaksud melakukan analisis terhadap beberapa faktor
yang mempengaruhi kondisi financial distress dan pengaruh kondisi tersebut
terhadap return saham perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia. Adapun
faktor yang ingin diteliti dalam penelitian ini dalah rasio keuangan yang terdiri
dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas;
ukuran perusahaan yang di ukur dari besarnya kekayaan perusahaan (total aktiva);
serta ingin mengetahui pengaruh kondisi financial distress terhadap return saham.
Untuk itu peneliti memberi judul penelitian ini : ”ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI FINANCIAL DISTRESS
DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
7

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang penulis kemukakan disini adalah :
1. Apakah rasio Likuiditas, rasio Solvabilitas, rasio Profitabilitas dan
rasio aktivitas, dan Ukuran perusahaan (Ln Total Aktiva) berpengaruh
terhadap kondisi Financial Distress?
2. Apakah kondisi perusahaan yang mengalami financial distress dan
perusahaan yang tidak mengalami financial distress mempengaruhi
return saham perusahaan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio Likuiditas, rasio Solvabilitas, rasio
Profitabilitas dan rasio aktivitas, dan Ukuran perusahaan (Ln Total
Aktiva) berpengaruh terhadap kondisi Financial Distress.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kondisi perusahaan yang
mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami
financial distress mempengaruhi return saham perusahaan ?
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi
yang berarti bagi pihak internal dan eksternal perusahan mengenai rasio keuangan
yang sangat dominan dalam memprediksi financial distress. Disamping itu,
8

penelitian ini diharapkan juga dapat menambah wawasan dan bahan referensi bagi
para akademisi, dosen dan mahasiswa dalam melakukan penelitian berikutnya.
Selengkapnya.....

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK
PADA BPR BANK PASAR KLATEN DENGAN METODE
CAMEL TAHUN 2008

Oleh:CHAFIDH PRAYOGANIM/B100060247.UMS
Abstrak
Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan Bank pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Pasar Klaten periode tahun 2007 hingga tahun 2008 menurut analisis CAMEL yang terdiri atas Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk kebijaksanaan yang akan ditempuh.

Dalam penelitian ini analisa tingkat kesehatan BPR menggunakan laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dan kebijakan manajemen selama dua tahun periode (2007-2008) sebagai bahan penilaian. Sedangkan alat analisanya menggunakan metode CAMEL. Analisa penilaian ini mencakup lima faktor CAMEL, yang terdiri dari Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earning), dan Likuiditas (Liquidity).
Berdasarkan hasil penelitian untuk tingkat permodalan (capital) BPR Bank Pasar Kabupaten Klaten dikategorikan dalam kelompok SEHAT, untuk kualitas Aktiva Produktivitas (Assets Quality) pada rasio kualitas aktiva produktif (KAPI) PD BPR Bank Pasar Klaten dikategorikan dalam kelompok SEHAT sedangkan Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PD BPR Bank Pasar Klaten dikategorikan dalam kelompok TIDAK SEHAT. Manajemen BPR Bank Pasar Kab. Klaten dinilai SEHAT. Untuk rentabilitas pada Rasio Return On Assets (ROA) dikategorikan dalam kelompok SEHAT dan Rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) dikategorikan dalam kelompok SEHAT.Untuk rasio likuidity pada Cash Ratio BPR Bank Pasar Kab. Klaten dikategorikan dalam kelompok SEHAT dan Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dikategorikan dalam kelompok SEHAT.
Hasil analisis CAMEL menunjukkan bahwa jumlah kredit yang diperoleh BPR Bank Pasar Kab. Klaten Tahun 2008 adalah 95 kredit dengan besar prosentase 95%, prosentase kredit berada diantara 81-100%, maka berdasarkan analisis CAMEL BPR Bank Pasar Kab. Klaten Tahun 2008 termasuk dalam kondisi SEHAT.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian suatu negara akan mempengaruhi
volume kegiatan ekonomi yang menyebabkan kenaikan pendapatan baik
individu maupun perusahaan, sedangkan permintaan kebutuhan terus
meningkat, termasuk kebutuhan uang sebagai alat pembayaran yang sah,
kebutuhan tempat menyimpan uang yang aman dan untuk kebutuhan
investasi. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan pengumpulan
dana dan kebutuhan peran yang strategis tersebut dapat dilakukan oleh
lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan non bank.
Sejak dikeluarkan Undang-undang kebijakan pemerintah dibidang
keuangan pada tanggal 27 oktober 1988 atau yang lebih dikenal dengan
PAKTO 1988 telah membawa pengaruh yang besar didalam dunia lembaga
keuangan Indonesia. Mulai saat itu jumlah lembaga keuangan meningkat
dengan pesat. Dampak dari kebijakan tersebut pada dasarnya mengurangi dan
meniadakan ketentuan-ketentuan yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan lembaga keuangan yang semakin ketat terutama dalam
menjalankan strategi pengumpulan dana sebagai dana untuk membiayai
kredit atau pembiayaan. Undang-Undang dibidang keuangan pada tanggal 27
oktober 1988 tersebut telah mengalami perubahan menjadi Undang-Undang
nomor 17 tahun 2003 yang dikeluarkan pada tanggal 5 april 2003. Kegiatan
1
2
utama bank adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit yang diberikan dalam
bentuk penawaran lain.
Dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun terakhir ini perbankan
Indonesia telah mendapat pukulan yang bertubi-tubi, diawali oleh dampak
negatif dari gejolak nilai tukar rupiah dan menurunnya kepercayaan
masyarakat. Melemahnya nilai tukar rupiah telah menimbulkan kesulitan bagi
dunia usaha Indonesia, antara lain dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
luar negeri yang harus dipenuhinya dan dalam mengimport bahan baku yang
diperlukannya (Dedy Kurniawan: 2007). Sebagai akibatnya, kemampuan
produksi para pengusaha nasional menjadi menurun dan bank-bank
mengalami kesulitan dari rentetan masalah yang dihadapi nasabahnya. Situasi
ini kemudian dipersulit oleh rendahnya kondisi sektor internal perbankan
sebagai dampak lemahnya menajemen serta sistem kehati-hatian yang banyak
penyimpangnya.
Dari uraian diatas maka secara sederhana dapat kita ketahui bahwa
bila sebuah bank (dalam hal ini BPR) ingin dapat beroperasi secara lancar
haruslah sehat, terutama sehat segi keuangannya. Apabila bank tersebut sehat,
maka dalam menjalankan operasionalnya pun akan menjadi lancar dan
teratur. Dalam kaitannya dengan kesehatan bank, maka Bank Indonesia wajib
mengupayakan agar semua bank dalam perekonomian tingkat kesehatannya
selalu terjaga. Penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian terhadap
hasil usaha bank dalam kurun waktu tertentu dan faktor-faktor yang
3
mempengaruhinya. Peranan pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia
selaku bank sentral terhadap opersional seluruh bank yang ada di Indonesia
sangat diperlukan dalam rangka menciptakan kinerja bank yang sehat.
Penilaian kesehatan bank dilakukan bank Indonesia secara berkala maupun
setiap waktu jika diperlukan. Bank umum wajib melaporkan data laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) kepada Bank Indonesia yang terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik. Menurut kriteria penilaian Bank
Indonesia dapat digolongkan menjadi empat yaitu sehat, cukup sehat, kurang
sehat, tidak sehat (Bank Indonesia : 1994).
Bank yang sehat diharapkan mampu tumbuh dan berkembang dengan
baik sehingga dapat menjaga kepentingan dan kepercayaan masyarakat yang
memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi nasional. Apabila
kondisi bank dalam keadaan tidak sehat maka perlu mengambil tindakan
untuk mengatasinya. Penilaian kesehatan bank pada akhirnya dapat diketahui
melalui kinerja bank tersebut. Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan
bagi direksi bank sehingga apabila kinerja buruk maka kemungkinan para
direksi akan diganti.
Sebagai contoh dari bank yang tidak sehat adalah kasus Bank Century
Bahwa kasus Bank Century
seperti dikutip dalam kompas.com.
mencerminkan lemahnya pengawasan Bank Indonesia (BI) sebagai bank
sentral terhadap bank-bank umum. Masalah Bank Century bukan hanya soal
administrasi, tetapi soal lemahnya pengawasan BI (www.kompas.com, 25
November 2008).
4
Lemahnya pengawasan juga terjadi pada bank Indover. Kasus Bank
Indover telah dilaporkan Deputi Senior BK Miranda Goeltom kepada Ketua
DPR Agung Laksono, akhir Oktober 2008. Inti laporan itu adalah terjadinya
pembekuan operasi Bank Indover oleh Bank Sentral Belanda (DNB) pada
Oktober 2008. Bank Indover mengalami kesulitan likuiditas akibat penurunan
secara drastis "money market line" sebagai dampak gejolak pasar keuangan
global (www.kompas.com, 25 November 2008).
Contoh kasus tentang kesehatan bank yang dikutip dari
MediaIndonesia.com sebagai berikut, Soal pengucuran dana penyelamatan
Bank Century terus berlanjut walaupun Menteri Keuangan Sri Mulyani
berulang kali mengatakan penyelamatan terhadap bank kecil itu telah sesuai
dengan peraturan. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah mengucurkan
dana sebesar Rp. 6,7 triliun kepada Bank Century atas rekomendasi
pemerintah dan Bank Indonesia. Padahal, dana yang disetujui DPR hanya
sebesar Rp. 1,3 triliun. Misteri itulah yang ditindaklanjuti Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan meminta Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) untuk melakukan audit investigasi terhadap bank.
Kasus Bank Century juga tidak terlepas dari isu tidak sedap mengenai
dugaan keterlibatan petinggi kepolisian. Terkait dengan persoalan di Bank
Century pernah muncul sebuah polemik tentang cicak versus buaya antara
kepolisian dan KPK. Ini juga menjadi tanda tanya tersendiri yang harus
diungkap. Ada pula isu bahwa penyelamatan Bank Century dilakukan semata
5
untuk menyelamatkan dana nasabah tertentu. Masih banyak misteri yang
melingkupi kasus penyelamatan Bank Century
(www.mediaindonesia.com:Selasa,01 September 2009).
Untuk menilai kesehatan suatu bank apakah berada dalam kondisi-
kondisi tertentu maka dapat diukur dengan berbagai metode, salah satunya
yaitu analisis CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earnings,
Liquidity). Analisis CAMEL ini jelas sangat penting menjadi sebuah tinjauan
karena pasca krisis ekonomi banyak pemilik maupun praktisi perbankan
menggunakan CAMEL menjadi sandaran dalam menentukan keadaan
kesehatan bank bersangkutan. Selain itu pula keluarnya Surat Edaran Bank
Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 mei 1993 tentang kesehatan bank (Bank
Indonesia : 1994), membuat seluruh bank (bank konvensional dan bank
syariah) harus mengikuti peraturan yang berlaku demi stabilitas moneter
nasional.
Penilaian tingkat kesehatan Bank Indonesia meliputi beberapa faktor
dengan menggunakan CAMEL, meliputi : (1) Permodalan (Capital),
digunakan untuk mengetahui seberapa besar kecukupan modal bank untuk
mendukung aktifitasnya dan kemampuan modal untuk menyerap kerugian
yang tidak terhindarkan; (2) Kualitas Aktiva Produktif (Asset), digunakan
untuk mengukur rasio-rasio kualitas aktiva; (3) Manajemen (Management),
digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja manajemen; (4) Rentabilitas,
digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank memperoleh
laba dalam hubungan dengan aktivitas yang dijalankannya; (5) Likuiditas
6
(Liquidity), digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek. Ratio ini dihitung berdasarkan informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan neraca.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan guna
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang ukuran tingkat kesehatan
suatu usaha perbankan, khususnya pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Pasar Klaten dengan judul “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN
PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) BANK PASAR
KLATEN TAHUN 2008”.
B. Perumusan Masalah
Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Pasar Klaten itu
sendiri adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan jasa perbankan. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana tingkat kesehatan bank pada
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ‘Bank Pasar’ Klaten ditinjau dari analisis
CAMEL?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kesehatan Bank pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Pasar Klaten periode tahun 2008 menurut analisis CAMEL yang terdiri
atas Capital, Asset Quality, Management, Earning, dan Liquidity.
7
D. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Pasar
Klaten dengan pertimbangan asset yang dihimpun dari masyarakat
mencapai lebih dari puluhan milyar rupiah. Sehingga perlu bagi peneliti
untuk mengkaji aspek kesehatannya.
2. Penelitian ini dibatasi pada analisis laporan keuangan (berupa Laporan
Neraca Keuangan, dan Laporan Rugi Laba) BPR Bank Pasar Klaten
selama periode tahun 2008.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wacana
pembanding tentang ilmu yang diberikan pada masa kuliah dengan
realitas yang ada pada masyarakat sehingga dapat menjadi kekal bila
peneliti turun langsung dalam masyarakat.
2. Bagi pimpinan BPR, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
alat evaluasi untuk kebijaksanaan yang akan ditempuh.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi tambahan untuk membentuk penetapan pihaknya (dalam
hubungan dengan menggunakan jasa bank).
Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
4.
referensi tambahan tentang kajian ilmu ini.
8
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Penulis menyusun skripsi ini dengan menggunakan sistematika
sesederhana mungkin, tanpa mengurangi pentingnya inti permasalahan
dengan maksud agar lebih mudah menerangkan segala permasalahan menjadi
terarah pada sasaran. Adapun skripsi ini disusun dalam lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi : latar belakang masalah, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka yang dipakai sebagai
dasar dalam penulisan ini, meliputi: pengertian manajemen
keuangan, ruang lingkup manajemen keuangan, laporan keuangan,
analisis kesehatan bank dengan metode CAMEL, pengertian bank,
prinsip-prinsip bank, jenis-jenis bank, peranan perbankan di
Indonesia, faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank dan hasil
penelitian terdahulu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat tentang kerangka pemikiran, jenis penelitian,
hipotesis, data dan sumber data, analisis rasio keuangan, metode
pengumpulan data dan teknik alat analisis.
9
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat tentang deskripsi data, analisis data dan pengujian
hipotesis dan pembahasan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan
saran.
Selengkapnya.....

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA
PADA PT. INDOFOOD T.bk YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2005/2007

Oleh:KANA HENING WIDYASTUTI/B100060244.UMS
ABSTRAK
Dalam era globalisasi telah memaksa PT untuk memasuki persaingan secara global, dimana persaingan produknya semakin tajam. Suatu PT harus mempunyai keunggulan agar mampu bersaing, salah satunya adalah efisiensi dalam penggunaan modal kerja. Berpijak pada hal tersebut penulis ingin menganalisa Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Pada PT. INDOFOOD Tbk Yang Terdaftar di BEI Pada Periode 2005-2007. Efisiensi modal kerja adalah keberhasilan dalam mengelola modal kerja yang dapat dilihat dari penghasilan yang dapat ditukar untuk sejumlah modal kerja tertentu yang digunakan. Unsur-unsur modal kerja yang digunakan terdiri dari kas, piutang dan persediaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah PT. INDOFOOD Tbk sudah menggunakan modal kerja yang dimiliki secara efisien dan untuk mengetahui perputaran modal kerja pada PT. INDOFOOD Tbk . Hipotesis yang penulis ajukan dan akan dikaji dalam penelitian ini yaitu tanpa tersedianya modal kerja yang cukup, manajemen akan mengalami kesulitan dalam melindungi PT terhadap turunya nilai aktiva lancar, membayar kewajiban-kewajiban tepat waktu dan beroperasi secara efisien, untuk membuktikan hipotesis tersebut digunakan sebagai alat ukur atau metode analisis data pengukur efisiensi penggunaan modal kerja yaitu dengan rasio likuiditas dan rasio rentabilitas. Kedua analisis ini dimaksudkan untuk menggetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan atau membandingkan modal yang di tanam di dalamnya.
Bila dilihat berdasarkan analisis rasio likuiditas dapat diketahui bahwa kemampuan PT. Indofood T.bk dalam memenuhi kewajiban finansiilnya belum efisien dan dapat dikatakan illikuid dikarenakan aktiva lancar, kas yang dimiliki belum dapat menjamin utang lancarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan yang ketat di lingkungan perusahaan akan muncul dengan
diterapkannya perdagangan bebas pada era globalisasi. Agar perusahaan
mampu memasuki pasar global maka seluruh instrumen perekonomian harus
memiliki daya saing yang kuat dan juga harus memiliki keunggulan, salah
satunya adalah efisiensi dalam penggunaan modal kerja. Efisiensi adalah
keadaan dimana manfaat yang sebesar-besarnya dicapai dari suatu
pengorbanan tertentu, atau dimana untuk memperoleh manfaat tertentu
diperlukan pengorbanan sekecil mungkin (Mubyarto : 1987 , hal 1) sedangkan
modal kerja adalah modal yang tertanam dalam aktiva lancar ( Napa : 1999 ,
hal 408) dan modal kerja adalah dana yang dipergunakan untuk
melangsungkan kegiatan operasi sehari-hari (Wibisono : 1997 , hal 6).
Efisiensi modal kerja merupakan salah satu faktor yang mendukung
kemampuan daya saing produk, maka perlu pengaturan kebijaksanaan
terhadap penggunaan modal kerja secara efisien sehingga mampu mencapai
tujuannya, dalam hal ini tujuan perusahaan secara umum yaitu untuk
memperoleh laba atau untuk mencapai kemakmuran para pemilik atau para
pemegang saham dan juga mampu mempertahankan dan mengembangkan
usahanya. Untuk mencapai tujuan tersebut setiap perusahaan membutuhkan
modal kerja untuk membiayai operasinya sehari-hari. Kegiatan-kegiatan yang
dibiayai modal kerja antara lain: pembayaran untuk pembelian bahan, upah
1
2
dan gaji karyawan, dan macam-macam biaya lainya. Pada intinya, setiap
perusahaan dalam melakukan kegiatannya membutuhkan dana. Aspek
permodalan merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal
ini disebabkan oleh besarnya modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan baik
dalam bentuk modal sendiri ataupun yang berbentuk hutang, dimana dapat
mencerminkan keadaan yang sesungguhnya tentang kondisi pengelolaan suatu
perusahaan. Keputusan perusahaan dalam menentukan perbandingan antara
modal sendiri dan modal pinjaman harus menghasilkan struktur modal yang
optimal, sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan biaya modal
yang minimal sehingga menciptakan efisiensi dalam modal kerja. Dana yang
dikeluarkan perusahaan diharapkan dapat kembali masuk ke perusahaan dalam
jangka waktu pendek melalui hasil penjualan produksinya, dan dana tersebut
digunakan lagi untuk membiayai kegiatan operasi selanjutnya, dengan
demikian dana tersebut akan terus berputar tiap periode selama masih
hidupnya perusahaan.
Kebijaksanaan penentuan besarnya dan perputaran modal kerja sangat
penting, oleh karena itu diperlukan pengaturan secara tepat agar diperoleh
keseimbangan modal kerja yang dibutuhkan dengan modal kerja yang
tersedia. Hal ini dapat dilihat pada elemen-elemen modal kerja.
1. Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid artinya kas dipakai sebagai
alat pembayaran dan diterima semua pihak. Termasuk pengertian kas yaitu
uang tunai yang dimiliki perusahaan (cash of hand) dan saldo di Bank
3
yang sewaktu-waktu bisa diambil (demand deposit). Setiap perusahaan
dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan
baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk
mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Pengeluaran kas suatu
perusahaan dapat bersifat terus-menerus, misalkan pengeluaran kas untuk
pembelian bahan, pembayaran upah buruh dan gaji karyawan dan lain
sebagainya.
Penyusunan anggaran kas dapat juga memperkirakan berapa banyak
surplus dana untuk jangka waktu tertentu. Surplus dana ini dapat
diinvestasikan keberbagai jenis investasi jangka pendek sehingga
disamping akan menambah keuntungan (profit), perusahaan juga dapat
akan tetap menjaga likuiditas perusahaan.
2. Piutang
Di dunia usaha sudah merupakan hal yang umum bagi perusahaan
untuk memberikan piutang barang atau jasa pada para langganannya untuk
memperbesar volume penjualan, terutama untuk barang-barang industri
dan jasa-jasa tertentu. Dengan memberikan piutang terhadap barang-
barang atau jasa-jasanya yang dijualnya tersebut berarti perusahaan tidak
dapat memperoleh uang pada waktu terjadinya penjualan tersebut, sebab
uang hasil penjualan tersebut baru dapat diterima beberapa waktu
kemudian.
Dengan memberikan piutang ini berarti perusahaan telah menanamkan
atau mengivenstasikan sebagian modalnya dalam piutang yang telah
4
diberikan kepada pihak lain. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin
besarnya resiko yang dihadapi, tetapi bersamaan dengan itu juga
memperbesar profitability (laba) nya.
3. Persediaan
Pesediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan
aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus
mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya investasi atau alokasi
modal dalam persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan
perusahaan. Kesalahan dalam penetapan besarnya investasi dalam
persediaan akan menekan keuntungan perusahaan.
Adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan
dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya
penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan
memperkecil keuntungan perusahaan. Demikian sebaliknya, persediaan
yang terlalu kecil akan mengganggu aktivitas perusahaan karena
perusahaan kekurangan material sehingga perusahaan tidak dapat bekerja
dengan leluasa dan produksi tidak optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis
mengambil judul : ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA
PADA PT. INDOFOOD YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2005-
2007.
5
B. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang dan permasalahan yang ada, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimana kinerja PT. INDOFOOD,Tbk ditinjau dari
kemampuannya dalam menggunakan dana yang tersedia dalam periode
tertentu berdasarkan analisis rasio likuiditas dan rentabilitas sudah efisien atau
belum ?”
C. Pembatasan Masalah
Penulis sengaja membatasi khusus pada masalah menganalisa rasio-
rasio keuangan yang meliputi rasio likuiditas dan rentabilitas pada PT.
INDOFOOD,Tbk yang terdaftar di BEI periode 2005-2007.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang sudah dikemukakan, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja PT. INDOFOOD,Tbk
ditinjau dari kemampuannya dalam menggunakan dana yang tersedia dalam
periode tertentu apakah sudah efisien atau belum.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana mengaplikasikan dan
membandingkan antara teori yang diterima di bangku kuliah dengan dunia
nyata terutama teori tentang manajemen keuangan.
6
2. Bagi Perusahaan:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran dan
pertimbangan bagi pengambilan keputusan di perusahaan dalam membuat
kebijakan dan keputusan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam
menentukan modal kerja secara efisien.
3. Bagi Fakultas:
Penelituan ini diharapkan menjadi referensi dalam merangsang untuk
diadakannya penelitian lebih lanjut.
F. Sistematika Skripsi
BAB I : Pendahuluan , Bab I ini meliputi latar belakang masalah , perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika skripsi.
BAB II : Landasan Teori , membahas mengenai teori-teori yang digunakan
sebagai dasar penelitian yang meliputi pengertian modal kerja, arti
penting modal kerja, faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja,
sumber dan penggunaan modal kerja, unsur-unsur modal kerja,
pengertian efisiensi.
BAB III : Metodologi penelitian , pada bab ini berisi tentang karangka
pemikiran, hipotesis, data dan sumber data, serta teknik
pengumpulan dan analisis data.
BAB IV : Pelaksanaan hasil penelitian, berisi tentang gambaran umum
perusahaan dan hasil analisis data.
7
BAB V : Penutup , merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari bab-
bab sebelumnya dan saran-saran yang ditujukan kepada PT.
INDOFOOD, Tbk
Selengkapnya.....