Tampilkan postingan dengan label skripsi.S1.Keperawatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label skripsi.S1.Keperawatan. Tampilkan semua postingan

THE CORRELATIONSHIP WITH THE OCCURRENCE CHARACTERISTICS MATERNAL LOW BIRTH WEIGHT INFANTS IN THE GENERAL HOSPITAL...

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM
DR. SOEDIRAN WONOGIRI

By: Cahyani Tri Puspitasari
Abstract
Low birth weights (LBW) are still an issue in Indonesia, because it is a
major cause of death in the neonatal period. The risk factors associated with
occurrence of low birth weight include age, parity, birth spacing, age, pregnancy,
nutritional status, social economic status, and antenatal care services. The service
activity annual report of RSU

of RSU Dr. Soediran Wonogiri,prevalence number BBLR
from the year 2007-2009 enough heights in the year 2007,increase in the year
2008 and in the year 2007 amounts of BBLR is amount to 45,the year 2008
amounts to 65,the year 2009 amounts to 76 weight babies born low. From the
data seen that during range of time three years shows existence of problem BBLR
in Public Hospital Dr. Soediran Wonogiri. The purpose of this study was to
correlate the characteristics with the incidence of maternal birth with low birth
weight in RSU Dr. Soediran Wonogiri. The research method uses analytical
research design with cross sectional approach. The experiment was conducted in
Dr. Soediran Wonogiri. Soediran Wonogiri. The research samples were of 40
respondent’s using sequence sampling method. The techniques of data collection
by questionnaire. Data collected were analyzed by Fisher exact test. The results of
study were showed: (1) maternal age are mostly in non-high risk category, (2)
maternal education is mostly in basic categories (elementary and junior high), (3)
status jobs maternity mother mostly did not work, (4) there was maternal age with
the incidence of LBW in RSU Soediran Wonogiri, (5) there was maternal
education with incidence of LBW in RSU Soediran Wonogiri, and (6) there
maternal employment with the incidence of LBW in RSU Soediran Wonogiri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan
derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak
saat ini (World Health Organization, 2002), secara statistik angka kesakitan
dan kematian pada neonatus dinegara berkembang adalah tinggi, dimana
penyebab utama adalah berkaitan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Dalam laporan WHO dikemukakan bahwa di Asia Tenggara, 20 – 35 % bayi
yang dilahirkan terdiri dari BBLR dan 70 – 80% dari kematian neonatus
terjadi pada bayi kurang bulan dan BBLR (WHO, 2002). Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain antara 9 –
30%, hasil studi 7 daerah multi center diperoleh angka BBLR dengan rentang
2,1 % - 17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Dinas
Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar
dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi
menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI, 2007).
BBLR masih menjadi masalah di Indonesia, karena merupakan
penyebab utama kematian pada masa neonatal. BBLR adalah bayi yang lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa gestasi (Wong,
2008). Salah satu penyebab BBLR adalah persalinan kurang bulan atau bayi
1
2
lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat
dalam kandungan (Farrer, 2001). Masalah yang sering dijumpai pada bayi
BBLR anatara lain : RDS (Respiratory Distress Syndrome), Perdarahan Intra
Cranial, Enterokolitis nekrolitis nekrotikons, gangguan metabolisme seperti
hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan hipotermi akibat gangguan pengaturan
suhu (Asrining, dkk, 2003).
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2400 gram) yang dapat terjadi apabila akibat dari
prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan bayi
kecil masa kehamilan (KMK). Pre eklampsia merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya pertumbuhan janin yang lambat, BBLR, dismaturitas dan
prematuritas janin dan bahkan terjadi Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Ibu
yang menderita pre eklampsia akan mengalami disfungsi vaskuler plasenta,
yang dapat menyebabkan aliran darah ke plasenta terganggu, sehingga
kebutuhan janin akan nutrisi dan oksigen tidak terpenuhi secara optimal.
Keadaan tersebut mengakibatkan pertumbuhan janin terlambat dan kelahiran
bayi dengan BBLR (Prawirohardjo, 2005).
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
3
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir
lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir
rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR
ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar
antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah
2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000
dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).
Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian bayi lahir berat
badan rendah meliputi umur, paritas, jarak kelahiran, umur kehamilan, status
gizi, status ekonomi sosial, dan pelayanan perawatan kehamilan (Haksari,
2009). Adanya keterkaitan antara pendidikan ibu bersalin dengan berat bayi
lahir ini juga di dukung oleh pendapat Syaifudin (2000) bahwa tingkat
pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat
kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima
konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Pendidikan
dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan
intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara
pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan. Semakin tinggi
4
pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan (Suradi,
2005), yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari termasuk pengaturan
pola makan ibu hamil sehingga mempengaruhi peningkatan status gizi ibu
yang pada akhirnya berhubungan dengan berat bayi yang dilahirkannya.
Sebuah studi kohort dengan menggunakan kuesioner pos pada awal
kehamilan dan pada 2 bulan setelah lahir. Perempuan yang direkrut dari 97%
dari semua kehamilan klinik di Swedia pada pertama mereka 'pemesanan'
kunjungi selama tiga minggu yang berbeda yang tersebar lebih dari 1 tahun
pada 1999-2000. Melahirkan dan program pendidikan orang tua menjangkau
sebagian besar wanita hamil, dan non-peserta yang lebih kurang beruntung
dalam hal latar belakang sosio-demografis dan perasaan tentang kelahiran
mendekati. Para wanita ini harus diberi perhatian khusus selama check-up
kehamilan sehingga melahirkan anak dan pendidikan orang tua bisa
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Sementara itu berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RSU
Dr. Soediran Wonogiri, angka prevalensi BBLR dari tahun 2007 – 2009 cukup
tinggi yaitu pada tahun 2007, meningkat pada tahun 2008 dan pada tahun
2007 jumlah kehadian BBLR adalah berjumlah 45, tahun 2008 berjumlah 65,
tahun 2009 sebanyak 76 bayi berat lahir rendah. Dari data tersebut terlihat
bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR
di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri.
5
Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Wonogiri
Khususnya di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri, maka peneliti
tertarik untuk melihat karakteristik persalinan hubungannya dengan kejadian
BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri untuk periode 2009-
2010. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan
karakteristik ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir
rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan: “Bagaimana hubungan karakteristik ibu bersalin dengan
kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran
Wonogiri?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu bersalin dengan
kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr.Soediran
Wonogiri.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik Ibu Bersalin dengan kejadian Bayi
6
Berat Lahir Rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri..
b. Untuk mengetahui hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian bayi
lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri..
c. Untuk mengetahui hubungan tingkat Pendidikan ibu bersalin dengan
kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr.
Soediran Wonogiri..
d. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran
Wonogiri.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberi
manfaat yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor
penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).
2. Manfaat praktik
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan
7
program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat
lahir rendah (BBLR).
b. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan
penyuluhan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam bidang
kesehatan kepada masyarakat.
E. Keaslian Penulisan
Penelitian hubungan karakteristik ibu bersalin dengan Bayi Berat Lahir
Rendah di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri ini, belum pernah
dilakukan. Penelitian serupa yang pernah dilakukan yaitu:
1. Arnisam (2007) meneliti hubungan bayi berat badan lahir rendah dengan
status gizi anak usia 6-24 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui besarnya pengaruh faktor resiko BBLR, asupan energi dan
protein, pola asuh makan dan pola asuh keperawatan kesehatan dan
penyakit infeksi terhadap status gizi anak usia 6 – 24 bulan. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah BBLR mempunyai risiko 3,34 kali lebih besar
untukmengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang tidak
BBLR. Asupan energi yang kurang mempunyai risiko 2,9 kali lebih
besaruntuk mengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak
yangasupan energinya cukup, sedangkan anak dengan asupan protein
yangkurang mempunyai risiko 3,1 kali lebih besar untuk mengalami status
8
gizi kurang dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup.
Pola asuh makan, pola asuh perawatan kesehatan dan penyakit infeksi
tidakmenjadi faktor risiko terhadap kejadian status gizi kurang.
2. Suryatni (2003) meneliti faktor risiko kematian neonatal dini pada bayi
berat lahir rendah di RSUD Pekanbaru. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui faktor risiko ibu, faktor risiko bayi yang mempengaruhi
kematian neonatal dini pada BBLR. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
faktor risiko bayi adalah Presentasi janin, klasifikasi BBLR, berat lahir,
asfiksia. Analisis multivariat faktor risiko yang berpengaruh secara
bersama-sama adalah, berat lahir OR= 14,7 P=<0,001 dan asfiksia OR=42,1 P= <0,001. Faktor risiko yang mempengaruhi kematian neonatal dini pada BBLR adalah berat lahir dan asfiksia. 3. Yustina Wahyu Candrayanti (2005) meneliti tentang beberapa karakteristik Ibu yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Banjarnegara Maret 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa karakteristik ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarnegara Maret 2005. Penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu bersalin , kadar hemoglobin, paritas, jarak kelahiran, komplikasi persalinan) dengan kejadian BBLR (p = 0,222; p = 0,382; p = 0,996; p = 0,292; p = 0,354; p = 0,861), sedangkan karakteristik ibu (umur 9 kehamilan dan komplikasi kehamilan) menunjukan ada hubungan dengan kejadian BBLR dengan p = 0,026 dan p = 0,001. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, adalah bahwa penelitian ini ingin menambahkan faktor karakteristik ibu bersalin dengan BBLR dengan kejadian BBLR, faktor karakteristik ibu bersalin tersebut antara lain umur ibu bersalin, pendidikan Ibu bersalin, dan pekerjaan ibu bersalin. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta. Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktik. Jakarta:Salemba Medika. Arnisam, 2007. Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan. Universitas Gadjah Mada: Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2007. Asrining S, Handayani Siti,dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC. Departemen Kesehatan RI-UKL-Perinatologi IDAI-NNH-JHPIEGO. 2001. Buku Panduan Managemen Masalah Bayi Berat Lahir Untuk Dokter,Pawat,Bidan di Rumah Sakit. Kosim MS,Surjono A. Jakarta. Depkes RI, 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang ( Panduan Untuk Petugas ). Jakarta:Depkes. Farrer H, 2001. Buku Perawatan Maternitas. Edisi 2.Jakarta:EGC. Haksari, 2009. Implementasi Perawatan Bayi Lekat di Rumah Sakit dalam seminar FK UGM - Dr. Sardjito Yogyakarta : Yogyakarta. Hidayat, A.A. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya:Salemba Medika. Nursalam, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Salemba Medika. Yakarta:Salemba Medika. Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Ilmu Kebidanan. Edisi Tiga Cetakan Keenam : Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan . Jakarta. Suradi R, 2005. Termoregulasi Pada Bayi Prematur . Kongres Perinansia Bandung. Suryatni. 2003. Faktor Resiko Kematian Neonatal dini Pada Bayi Berat Lahir rendah di RSUD Pekanbaru. Universitas Gadjah mada:Fakultas Imu Kesehatan Masyarakat. Syaifudin AB. 2000. Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : YBPSP. Wahyu,Yustina Candrayanti, 2005. Meneliti Tentang Beberapa Karakteristik Ibu Yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Banjarnegara Maret 2005. WHO. 2002. Program Kesehatan Anak Dan Remaja 2. http://www.who.or.id.diakses tanggal 14 April 2007. Wiknjosastro, Gulardi, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Wiknjosastro, 2005. Buku Ilmu Kebidanan edisi Ketiga Cetakan Ketujuh. Jakarta: Pusat Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Wong D.L. Wilson. Marilyn, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :EGC.
Selengkapnya.....

CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE IN LEPRAE DISEASES WITH THE ATTITUDE OF LEPRAE PATIENTS IN PREVENTION OF

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT LEPRA
DENGAN SIKAP PENDERITA LEPRA DALAM UPAYA PENCEGAHAN
PENULARAN LEPRA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK
Oleh : Sarwega Hanin Dhita
ABSTRACT
Leprae diseases in region work of people health center Gatak still being
health social problems. New cases found every years and increases. That is
caused of the transmission cycle from their own family that infected leprae
diseases. The knowledge of leprae patients in leprae diseases is average in
medium category (80%) based on Health Education Post Test in 2009 but the
prevention of leprae transmission in minimum level.

This study aimed to identify
correlation between the knowledge of leprae diseases with the attitude in
prevention of leprae transmission in region work of people health center Gatak.
Type and design using a descriptive correlative study with cross sectional design.
The population in this research is all of leprae patients in region work of people
health center Gatak that in bud period amounted 24. This research using total
sampling, so all of population use as sample is 24 respondents. The statistical
analysis used was Spearman Rank statistical test with a confidence value α = -
0.151. Based on the results of this research note that the value of Spearman Rank
test of the correlation between knowledge in leprae diseases with the attitude in
prevention of leprae transmission is greater than the value ρ -0.151> 0.05 . Then
Ho accepted or Ha rejected. So the conclusion is there is no correlation between
the knowledge of leprae patients leprae diseases with the attitude in prevention of
leprae transmission in region work of people health center Gatak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya mencapai eliminasi penyakit kusta di Indonesia masih terus
dilakukan hingga bulan Juni tahun 2000. Namun demikian, penyakit
infeksi ini masih saja menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang
berarti, terbukti dengan adanya kecenderungan peningkatan angka
prevalensi kusta selama periode 2006/ 2007 sebesar 50%, sedangkan pada
periode 2007/ 2008 sebesar 65%. Bahkan pada tataran global, Indonesia
menjadi negara penyumbang kusta terbesar ketiga setelah India dan
Brasil (Depkes: 2008).
Penyakit lepra di Jawa Tengah masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Jumlah kasus baru yang ditemukan tiap tahunnya mengalami
peningkatan hal tersebut disebabkan oleh karena penemuan penderita baru
(case finding) secara tepat melalui intensive contacy tracing, baik kontak
serumah, lingkungan, maupun kontak sosial. Sepanjang tahun 1999- 2006
tercatat 12.587 penderita baru yang ditemukan. Peningkatan jumlah
penderita baru setiap tahunnya pada kisaran 10- 15 % (Dinkes Jateng: 2005).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan, di
Puskesmas Kecamatan Gatak tahun 2009, tercatat ada 47.512 penduduk
yang terdiri dari 14 Desa, yaitu : Geneng (3.386 jiwa), Krajan (4.872 jiwa),
Jati (2.513), Trosemi (2.599 jiwa), Blimbing (5.215 jiwa), Mayang (4.022


jiwa), Trangsan (6.497 jiwa), Sanggung (2.502 jiwa), Kagokan (1.616 jiwa),
Luwang (3.357 jiwa), Klaseman (1.738 jiwa), Tempel (1.586 jiwa), Sraten
(2.942 jiwa). Dari hasil wawancara dengan petugas lapangan di Puskesmas
Gatak, sekitar 5-15 orang di 5 desa positif mengidap penyakit lepra pada
tahun 2009. Pada tahun sebelumnya (2006-2008), tercatat 10 orang di 5 desa
mengidap lepra dan 2 di antaranya meninggal dunia karena penyakit
tersebut. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah penderita lepra di
Kecamatan Gatak. Dari tahun 2008 sebanyak 10 orang , pada tahun 2009
menjadi 98 orang. Peningkatan tersebut disebabkan oleh rantai penularan
dari keluarga yang sudah mengidap lepra terhadap orang di anggota
keluarga mereka.
Dari data yang diperoleh melalui wawancara dengan petugas
lapangan, dapat dipastikan bahwa tidak kurang dari 1-2 orang yang tinggal
1 rumah atau tinggal di lingkungan sekitarnya akan tertular penyakit lepra
dan gejala ini baru akan terlihat 5 tahun sesudah pasien kontak dengan
penderita. Pendidikan kesehatan mengenai penyakit dan cara pencegahan
penularan penyakit lepra sudah pernah diberikan oleh kader Puskesmas
Gatak sepanjang tahun 2008 / 2009 namun kader belum mampu menjamin
pendidikan kesehatan tersebut dapat merubah perilaku penderita lepra
dalam pencegahan penularan lepra. Pengetahuan penderita lepra tentang
penyakit lepra rata- rata cukup (80%) berdasarkan hasil post test pendidikan
kesehatan pada tahun 2009. Pengetahuan penderita lepra tentang penyakit


lepra diperoleh dari pendidikan kesehatan tersebut dan pengalaman tetangga
yang memiliki keluarga yang menderita lepra.
Walaupun pengetahuan penderita lepra dalam kategori cukup, tetapi
upaya pencegahan penularan penyakit lepra masih sangat minim. Contohnya
dengan memisahkan peralatan mandi anggota keluarga yang mengidap lepra
dari peralatan mandi anggota keluarga lain yang tidak terkena lepra, tetapi
untuk menghindari kontak langsung misalnya misalnya menghindari kontak
yang erat dengan anggota keluarga atau orang lain tidak dilakukan. Mereka
juga masih sering meludah di sembarang tempat. Masih banyak penderita
lepra dan masih banyak pula yang tertular, terutama anggota keluarga mereka
sendiri. Dari fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit lepra dengan
sikap penderita lepra dalam upaya pencegahan penularan lepra di Wilayah
Kerja Puskesmas Gatak.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, khususnya fenomena yang ada, peneliti
merumuskan masalah “ Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan tentang
Penyakit Lepra dengan Sikap Penderita Lepra dalam Upaya Pencegahan
Penularan Lepra di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum


Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan tentang penyakit lepra dengan sikap penderita lepra
dalam upaya pencegahan penularan lepra di Wilayah Kerja Puskesmas
Gatak.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita lepra tentang
penyakit lepra.
b. Untuk mengetahui sikap penderita lepra dalam upaya pencegahan
penularan penyakit lepra di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak.
c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan penderita
lepra tentang penyakit lepra dengan sikap penderita lepra dalam upaya
pencegahan penularan lepra di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Menambah wawasan pengetahuan di bidang keperawatan khususnya
pengetahuan penderita lepra tentang penyakit lepra dan sikap dalam upaya
pencegahan penularannya.
2. Secara praktis :
a. Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo
Memberi uraian mengenai tingkat pengetahuan tentang penyakit lepra
hubungannya dengan sikap penderita lepra dalam upaya pencegahan


penularan penyakit lepra di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak yang
dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan
kebijakan kesehatan dan perencanaan program pembangunan
kesehatan.
b. Penduduk Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo
Memberikan uraian tentang tingkat pengetahuan penderita lepra di
Wilayah Kerja Puskesmas Gatak tentang penyakit lepra kaitannya
dengan upaya pencegahan penularan penyakit.
c. Profesi keperawatan
Memberikan gambaran yang dapat digunakan sebagai dasar bagi
perawat komunitas dalam upaya peningkatan pengetahuan dan
pencegahan penularan penyakit lepra.
d. Peneliti lain
Dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan
penelitian sejenis terkait dengan penyakit dan pencegahan
penularannya di masyarakat.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai topik yang akan
peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
1.Penelitian Dwi Kusrini (2008) “Hubungan Antara Pengetahuan Keluarga
Dengan Perilaku Pencegahan Flu Burung Di Desa Kiping Kecamatan
Sambung Macan Kabupaten Sragen”. Jenis penelitian ini adalah Analitik


Observasional dengan rancangan penelitian cross sectional penelitian
dilakukan pada bulan Agustus samapai September 2008 Di Desa Kiping
Kecamatan Sambung Macan Kabupaten Sragen. Hasil penelitian
menunjukkan:
a. Pengetahuan keluarga tentang flu burung di Desa Kiping Kecamatan
Sambung Macan Kabupaten Sragen rata-rata dalam kategori cukup.
b. Perilaku keluarga dalam pencegahan flu burung di Desa Kiping
Kecamatan Sambung Macan Kabupaten Sragen rata-rata dalam kategori
cukup.
c. Hasil penelitian dengan uji Kendal Tau menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan keluarga tentang flu burung
dengan perilaku keluarga dalam pencegahan flu burung di Desa Kiping
Kecamatan Sambung Macan Kabupaten Sragen.
2. Penelitian Irma Wahyu Kristiana (2007) “ Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Sikap Penderita Tuberkolusis Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan
Penyakit Tuberkolusis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Giriwoyo II
Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri”, Jenis Penelitian Survei Analitik,
desain penelitian cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni
2007 di Wilayah Kerja Puskesmas Giriwoyo II Kecamatan Giriwoyo
Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
a. Pengetahuan pasien tuberkolusis paru di Puskesmas Giriwoyo II
sebagian besar dalam kategori cukup yatu sebanyak 14 responden,
selanjutnya baik sebanyak 4 responden, dan kurang 2 responden.


b. Sikap pasien tuberkolusis paru di Puskesmas GiriwoyoII sebagian
dalam kategori cukup yaitu sebanyak 13 responden, selanjutnya baik
sebanyak 4 responden, dan buruk sebanyak 3 responden.
b. Pengujian penelitian menggunakan uji Rank Spearman
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan dengan sikap penderita tuberkolusis paru dalam upaya
pencegahan penularan penyakit tuberkolusis di wilayah kerja
Puskesmas Giriwoyo II. Sedangkan menurut kriteria korelasi
hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap penderita dalam
upaya pencegahan penularan penyakit tuberkolusis paru memiliki
hubungan yang cukup erat, artinya semakin tinggi tingkat
pengetahuan pasien tentang tuberkolusis, maka akan semakin baik
sikap mereka terhadap upaya pencegahan penularan penyakit
tuberkolusis paru.
Penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan di mana peneliti akan meneliti “ Hubungan antara
pengetahuan dengan sikap penderita lepra dalam upaya pencegahan penyakit
lepra pada anggota keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Gatak”. Perbedaan
dengan penelitian terletak pada tempat penelitian, subyek penelitian, jenis
penelitian, dan jenis penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi V.
Jakarta. Rineka Cipta
Azwar, S. 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Azwar, S. 2002. Sikap Manusia Edisi II. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Profil Kesehatan Indonesia
2007. diakses dari http:// www.dinkes.org.go.id
Dinkes Jateng, 2005. Profil Kesehatan Jawa Tengah. diakses dari http://
www.dinkesjateng.org.go.id
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
Kosasih, A. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI
Mubarak, W, I, dkk, 2005. Pengantar Keperwatan Komunitas. Jakarta : CV
Sagung Seto
Mubarak, W, I, dkk, 2006, Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, Jakarta : CV
Sagung Seto
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain Edisi 2. Jakarta : EGC
Noor, NN. 2008. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2002. Prinsip- prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta
Notoatmodjo, S. 2008. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta
Nursalam. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Puskesmas Gatak. 2009. Laporan Mingguan Data Kesakitan. Sukoharjo
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel- variable Penelitian. Bandung :
Alfabeta
Siregar, RS, 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC
Sugiyono. 2004. Statistik non Parametris. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Selengkapnya.....

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN
KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA
KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI
PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT

Oleh: Oleh: Rosy Haristanadi

Abstrac

Psychical Problem and psychological stres that happened [at] one can generate
insomnia. Problem sleep at somebody is generally marked difficultly enter sleep,
jumpy sleep, [is] often develop;builded or the period develop;build long sleep. All
student of treatment newly first time [do/conduct] orientation in a hospital of their
place is peraktik, possibly will experience of to feel fear, because will deal with
new people who, place newly and the new situation that also, what sometimes feel
his anxiety can make difficult them sleep, or even to insomnia step
This Research represent research of descriptive correlative with approach of
cross sectional. Sampel of Research is 99 student of S1 of Treatment of UMS to
experience praktik learn at home the pain. determination of Sample of research
use technique of proporsional random sampling. Technique of data processing
use technique analyse Rank Spearman
Conclusion of Research indicate that storey;level of dread of student of treatment
of University of Muhammadiyah Surakarta before facing praktik of ill clinic at
home most is medium, occurence of insomnia of student of treatment of University
of Muhammadiyah Surakarta before facing praktik of ill clinic at home Surakarta
of most is medium, and There are relation which strong enough between
storey;level of dread with occurence of insomnia of student of treatment of
University of Muhammadiyah Surakarta before facing praktik of ill clinic at
home, that is with value of rhitung 0,547dan value probabilitas ( p-value) 0,001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jutaan orang di seluruh dunia memiliki masalah tidur (life Magazine)
dan menderita apnea tidur yang kebanyakan belum tertangani (Currie dan
Wilson, 2006). Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada
tahun 1993, kurang lebih 18% penduduk dunia pernah mengalami gangguan
sulit tidur, dengan keluhan yang sedemikian hebatnya sehingga menyebabkan
tekanan jiwa bagi penderitanya (Lanywati, 2001).
Pada segi mental/kejiwaan, insomnia akan mempengaruhi system syaraf,
menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita
akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsaangan, dan sulit berkonsentrasi.
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan.
Kejadiannya makin meningkat seiring bertambahnya usia. Kurang lebih 40%
lansia mengeluh mengalami insomnia. Insomnia adalah keluhan sulit untuk
masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan
bangun terlalu awal serta tetap merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur
(Puspitosari, 2008).
Gangguan mental yang erat hubungannya dengan gangguan tidur adalah
cemas. Masalah psikis dan stres psikologis yang terjadi pada seseorang dapat
menimbulkan insomnia. Masalah tidur pada seseorang biasanya ditandai
1
dengan sulit masuk tidur, tidur gelisah, sering terbangun atau periode bangun
tidur panjang (Rafknowledge, 2004).
Kecemasan adalah suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui,
internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan dan Sadock, 2000). Kecemasan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya patofisiologis dan
situasional (Carpenito, 2000). Kecemasan diidentifikasikan menjadi 4 tingkat
yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Stuart dan Laraia, 2000). Setiap
individu mempunyai tingkat kecemasan berbeda hal ini ditandai dengan
perbedaan integritas dan tingkatan keadaan yang ada. Semakin tinggi tingkat
kecemasan individu maka akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikis
Stres dan kecemasan merupakan bagian kehidupan manusia sehari-hari.
Bagi orang yang penyesuaiannya baik maka stres dan kecemasan dapat cepat
diatasi dan ditanggulangi. Bagi orang yang penyesuaian dirinya kurang baik,
maka stres dan kecemasan merupakan bagian terbesar di dalam kehidupannya,
sehingga stres dan kecemasan menghambat kegiatannya sehari-hari. Mungkin
dari luar seseorang tidak nampak apabila dia mengalami stres maupun
kecemasan, akan tetapi apabila kita bergaul dekat dengannya maka akan
tampak sekali manifestasi stres dan kecemasan yang dialaminya (Prawitasari,
2001).
Kecemasan pada anak dan remaja dapat mengakibatkan masalah
akademik, olahraga dan penampilan sosial. Kecemasan juga menimbulkan
gangguan pada proses pikir, konsentrasi belajar, persepsi, dan dapat
menimbulkan kendala dalam kehidupan mereka yang masih belajar yang
sudah barang tentu akan mempengaruhi prestasi belajarnyaSemua fenomena
ini dapat merupakan dampak positif maupun negatif yang terutama dialami
oleh para mahasiswa dalam bentuk stresor kehidupan. Faktor eksternal dapat
berupa dukungan maupun hambatan lingkungan, fasilitas, sistem sosial
ekonomi, kondisi alam dan sebagainya.
Faktor eksternal dapat juga merupakan dukungan ataupun hambatan
yang bersifat non akademik terhadap keberhasilan proses belajar, adapun
faktor internal dapat berupa kondisi kesehatan jasmani maupun kondisi
kesehatan psikis atau emosional. Faktor internal memegang peranan yang
paling menentukan dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Kesehatan
jiwa mahasiswa merupakan variabel yang perlu mendapat perhatian secepat
mungkin. Sebab selain faktor emosional, masa dewasa awal dalam
perubahannya dari murid sekolah lanjutan atas menjadi mahasiswa dapat
mengalami reaksi penyesuaian diri antara lain : kecemasan, kegelisahan dan
depresi. Apabila kecemasan yang dialami lebih besar akan dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya.
Mahasiswa keperawatan merupakan seorang calon perawat professional
yang akan melaksanakan asuhan keperawatan di pelayanan kesehatan. Dalam
melaksanakan asuhan keperawatan seorang perawat akan mengalami stress
kerja. Hasil penelitian yag di lakukan Ilmi, (2003) menunjukan bahwa tingkat
stress perawat dengan kategori tinggi sebesar 47%, tingkat stress yang tinggi
cenderung mengarah pada gangguan fisiologis, seperti : sering mengalami
sakit kepala(pusing), tekanan darah meningkat, mengalami ketegangan dalam
bekerja, sering mengalami jantung berdebar, bola mata melebar, berkeringat
dingin, nyeri leher dan bahu (Ilmi, 2003).
Mahasiswa program studi ilmu keperawatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta jalur reguler adalah sekelompok mahasiswa yang
sedang menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mereka
berasal dari berbagai daerah, baik di pulau Jawa maupun luar pulau Jawa.
Karakteristik kepribadian psikososial mahasiswa tersebut antara lain : Kritis,
rasa ingin tahu yang masih begitu tinggi terhadap dunia kesehatan, maupun
dunia yang lain nya, emosi yang masih labil. Di perguruan tinggi mereka akan
menemui situasi yang berbeda, antara lain : adat-istiadat, penerimaan berbagai
macam nilai dan sikap yang mungkin bertentangan dengan yang ada dalam
keluarga maupun suku daerahnya, penerimaan tanggung jawab untuk
menentukan kehidupan sendiri, dimana tidak semua mereka siap menerima
penghentian status ketergantungan serta persaingan akademik yang lebih kuat.
Hal ini akan merupakan stresor psikososial yang dapat menimbulkan
gangguan cemas, gangguan seksual dan lain-lain. Stresor psikososial ini salah
satu faktor pencetus gangguan jiwa
Praktek keperawatan merupakan kinerja dari pelayanan kesehatan yang
memerlukan penerapan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
professional. Kinerja pelayanan kesehatan tersebut meliputi : meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan publik, mengajarkan teori
atau pratik keperawatan, melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka
perawatan.
Dalam melakukan tugasnya seorang perawat terkadang mengalami
banyak hal yang membuat konsentrasi nya terganggu, baik itu permasalahan -
permasalahan yang mereka alami di dalam keluarga, atau lingkungan rumah
nya sendiri, atau bisa juga di lingkungan tempat mereka bekerja, disini dalam
halnya rumah sakit. Apalagi para mahasiswa keperawatan yang baru pertama
kali melakukan orientasi di sebuah rumah sakit tempat mereka peraktik,
mungkin akan mengalami rasa ketakutan, karna akan berhadapan dengan
orang – orang yang baru, tempat yang baru dan situasi yang baru juga, yang
terkadang rasa ketakutan nya itu slalu ada dalam pikiran mereka sehingga bisa
membuat mereka sulit tidur, atau bahkan sampai ke tahapan insomnia.
Berdasarkan pengalaman peneliti dan hasil wawancara dengan para
mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, baik yang
semester III (angkatan 2008), semester V (angkatan 2007), maupun yang
semester VII (angkatan 2006), mahasiswa yang akan menghadapi praktik kliik
di rumah sakit, sebagian besar mengatakan sulit tidur, karena memikirkan
situasi baru dan tugas tugas praktik apa yang akan mereka hadapi nanti.
Fenomena seperti ini hampir slalu ada di setiap mahasiswa yang pertama kali
akan memasuki praktik klinik di rumah sakit, karena sebelumnya mereka
belum pernah mengalaminya langsung, dan rasa takut itu pasti ada.
Peneliti merasa tertarik untuk meneliti fenomena tersebut, karena
walaupun di program studi ilmu keperawatan Univrsitas Muhammadiyah Sura
karta mahasiswa telah dibekali dengan teori-teori dan praktik-praktik
sebelumnya, tetapi mahasiswa masih merasa cemas untuk menghadapi praktik
langsung di lahan, karena akan berhadapan langsung dengan manusia atau
pasien yang nyata, berbeda ketika waktu di kampus yang sebagian besar
pasiennya dari boneka atau bisa juga di sebut dalam bahasa kesehatan yaitu
probandus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian
yaitu: ’’Apakah ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian
insomnia pada mahasiswa S1 keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta sebelum menghadapi praktik klinik di rumah sakit?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada mahasiswa S1
keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta sebelum menghadapi
praktik klinik di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui tingkat kecemasan pada mahasiswa S1 keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta sebelum menghadapi praktek
klinik di rumah sakit.
b) Mengetahui gangguan insomnia pada mahasiswa S1 keperawatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta sebelum menghadapi praktek
klinik di rumah sakit.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan khususnya bagi staf pengajar/dosen dalam
memahami dan memecahkan timbulnya kecemasan pada mahasiswa yang
disebabkan oleh stresor psikososial.
2. Bagi mahasiswa
Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa keperawatan pada saat pertama
praktek di rumah sakit, sehingga dapat mempersiapkan diri sebelum
melakukan praktek.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan akan dapat mengetahui lebih jauh apakah
tingkat kecemasan dan gejala insomnia yang timbul dapat diatasi sehingga
tugas perkembangan mahasiswa dapat dilalui dengan baik.
E. Keaslian Penelitian
Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang kecemasan dengan
kejadian insomnia pada remaja belum pernah di lakukan. Tetapi ada beberapa
penelitian yang membahas tentang insomnia ataupun kecemasan dengan
beberapa perbedaan aspek atau metode tentang gangguan tidur (insomnia)
yang dilakukan peneliti saat ini. Penelitian - penelitian tersebut adalah:
1. Sulasmi (2006), dengan judul studi komparatif faktor-faktor yang
mempengaruhi stress pada mahasiswa program A dan B dalam
menghadapi ujian skill LAB di PSIK FK-UGM Yogyakarta. Subjek
penelitian adalah mahasiswa program A dan B angkatan 2005 dengan
jumlah sample 108 orang. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif
dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada program A sebagian besar mengalami tingkat stress sedang (35,2%),
sedang pada program B sebagian besar mengalami tingkat stress ringan
(38,9%). Kesimpulan dari hasil penelitian ini terdapat perbedaan secara
signifikan pada faktor usia, ekonomi, dan lingkungan antara program A
dan program B dalam menghadapi ujian sklill’s LAB. Perbedaan dengan
penelitian ini, terdapat pada metode penelitian, subyek penelitian, dan
variabel penelitian.
2. Andriyani, (2008) meneliti tentang hubungan antara tingkat depresi
dengan kejadian insomnia pada lansia di panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat depresi
dengan kejadian insomnia pada lansia. Jenis penelitian non eksperimen
dengan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian
crossectional. dilaksanakan bulan Juni 2008. Jumlah sampel 35 Orang
penentuan sampel dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di
Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta yang beralamat di Jl. Ponggalan
UH 7/203 RT.14 RW.V Yogyakarta. Dari 35 responden yang diobservasi
diperoleh data sebagian besar responden sejumlah 25 Orang lansia
(83,3%) depresi kategori sedang-berat yaitu skor GDS 10-15 dan terjadi
insomnia.. Kategori Depresi Ringan 5 Lansia (16,7%). Depresi ringan
dengan kejadian Insomnia 1 lansia. Sedangkan depresi ringan tidak ada
insomnia 4 lansia. Dengan kategori tidak ada gejala depresi 5 Lansia
(14,3%). Uji koefisien hasil nilai signifikansi atau asym.sig (p)= 0,000 dan
taraf kepercayaan = 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara
tingkat depresi dengan kejadian Insomnia pada lansia. Perbedaan dengan
penelitian ini terdapat Pada metode penelitian, subjek penelitian, dan
variabel penelitian.
3. Wiyono, (2009) meneliti tentang hubungan antara tingkat kecemasan
dengan kecenderungan insomnia pada lansia di panti wredha dharma
bhakti surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kecenderungan imsomnia pada lansia di
Panti Wredha Dharma Bakti, Surakarta. Metode penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian dilaksanakan di UPTD Panti Wredha Dharma Bakti
Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode simple random sampling
dengan jumlah sampel 47 responden. Teknik pengumpulan data dengan
kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji korelasi Chi Square.
Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Kategori kecemasan lansia
di Panti Wredha Dharma Bakti, Surakarta adalah masih banyak yang berat
(2) Lansia yang mengalami kecenderungan insomnia dan tidak mengalami
kecenderungan insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta adalah
sebanding, dan (3) ada hubungan antara kecemasan lansia dengan
kecenderungan insomnia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta.
Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada metode penelitian, variabel
penelitian.
4. Dedy, (2009) meneliti tentang hubungan antara tingkat stress dengan
insomnia pada lansia di Desa Tambak Merang, Girimarto, Wonogiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
stress dengan insomnia pada lansia di Desa Tambak Merang, Girimarto,
Wonogiri. Berdasarkan analisis dari penelitian yang dilakukan, maka
peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a) Sebagian besar tingkat stres pada lansia di Desa Tambak Merang
Girimarto Wonogiri adalah sedang
b) ata-rata lansia di Desa Tambak Merang Girimarto Wonogiri
mengalami insomnia sedang
c) Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara tingkat stres
dengan insomnia pada lansia di Desa Tambak Merang Girimarto
Wonogiri. Perbedaan pada penelitian ini terdapat pada metode
penelitian, subyek penelitian, dan variabel penelitian.
5. Suminarsis, (2009) meneliti tentang hubungan antara tingkat stress
dengan mekanisme koping pada mahasiswa keperawatan menghadapi
praktek belajar lapangan di rumah sakit. Metode Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dengan
descriptive correlative,
pendekatan cross sectional, dilaksanakan di. RS dr. Moewardi, RS PKU
Muhammadiyah, dan di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian
dilakukan pada tanggal 22 Juni sampai tanggal 1 Juli 2009.populasi adalah
mahasiswa Keperawatan UMS program A (regular) angkatan 2007 yang
sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit berjumlah
87 orang. Metode pengambilan sampel adalah proporsional random
sebanyak 47 orang.Variabel dependent : mekanisme
sampling
koping.Variabel independent: tingkat stress pada mahasiswa pada saat
awal praktek belajar lapangan.Analisa Analisa menggunakan uji statistik
Chi Kuadarat (X2).Hasil penelitian : Hasil pengujian hubungan antara
tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping diperoleh nilai χ2obs
sebesar 19,950 dengan p-value = 0,001. disimpulkan terdapat hubungan
antara tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping pada mahasiswa
UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit.
semakin tinggi tingkat stres mahasiswa, semakin mekanisme koping
mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di
rumah sakit cenderung ke maladaptif. Perbedaan dengan penelitian ini
terdapat pada variabel penelitian.
Identifikasi Manajemen Stres
DAFTAR PUSTAKA
Yang Digunakan Perawat di
Alwisol. 2006. Psikologi kepribadian. Ruang Rawat Inap RSUD ULIn
UMM Press: Malang. Banjarmasin. Diakses tanggal 12
Januari 2009.
Amir, N. 2007, Gangguan Tidur
http://www.wikipedia.com/files/St
Pada Lanjut Usia, Fakultas resPerawat
Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI), Jakarta, Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis
Diakses tanggal 9 januari 2010. Psikiatri Ilmu Pengetahuan
http://www.gangguantidur.co.id/2 Perilaku Psikiatri klinis. Edisi VII.
007
Jilid II. Bina Aksara: Jakarta
Andriyani, 2009, hubungan antara
Lanywati, E. 2001, Insomnia
tingkat depresi dengan kejadian Gangguan Sulit Tidur, Penerbit
insomnia pada lansia di panti Kanisius, Yogyakarta
wredha Bhudi Dharma
Yogyakarta, Diakses tanggal 9
Maramis, W.F., 2004. Catatan Ilmu
january 2010. http://
Kedokteran Jiwa. Airlangga
stikes_smart@ymail.com University Press: Surabaya
Arikunto, S. 2006, Prosedur Murti, D.S. 2005, Kecenderungan
Penelitian: Suatu Pendekatan
Strategi Koping Usia Lanjut
Praktek, Jakarta: Penerbit Rieka Dalam Mengatasi Insomnia di
Cipta.
Dusun Kerjo ll Wilayah Kerja
Puskesmas Ponjong 1 Gunung
Kidul, Skripsi, Bagian Fakultas
Azwar, S. 2003, Metode Penelitian, Ilmu Keperawatan UGM,
Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Yogyakarta
Notoatmodjo, S. 2002, Metodologi
Carpenito, L.J., 2000. Buku Saku Penelitian Kesehatan, PT Rineka
Diagnosa Keperawatan. EGC:
Cipta, Jakarta.
Jakarta.
Nurjannah., I., 2004. Konsep dan
Currie dan Wilson. 2006 .60 second Penerapan Metodologi Penelitian
tidur nyenyak .PT.Bhuana ilmu Ilmu Keperawatan. Salemba
populer:Jakarta Medika: Jakarta
Dedy, 2009,hubungan tingkat stres
Nursalam. 2003. Konsep dan
dengan insomnia pada lansia di Penerapan Metodologi Penelitian
Desa Tambak Ilmu Keperawatan. Salemba
merang,Girimarto,Wonogiri , Meika: Jakarta
Skripsi, Bagian Fakultas Ilmu
Kesehatan UMS, Surakarta Prawitasari, E, I, Stres Dan
Kecemasan, Simposium Stres
Hawari, Dadang, 2004. Cemas Dan Dan Kecemasan,
Depresi. EGC: Jakarta FK UGM Yogyakarta,1998
Prijosaksono, A. dan Sembel R.
Ilmi, B. 2003. Pengaruh Stres Kerja
2002, Mengatasi Insomnia,
Terhadap Prestasi Kerja dan
13
LAB di PSIK FK-UGM. Skripsi
Diakses tanggal 7
UGM: (Tidak Dipublikasikan).
january2010.http://www.sinarhar
apan.co.id/ekonomi/mandiri/2002
/02/1/man01.html
Suminarsis, 2009. Hubungan antara
tingkat stress dengan
Puspitosari, W.A. 2008, Insomnia
mekanisme koping pada
Pada Lansia, skripsi,Fakultas
mahasiswa keperawatan
Kedokteran Universitas
menghadapi praktek belajar
Muhammadiyah Yogyakarta,
lapangan di rumah sakit. Skripsi,
Yogyakarta
Bagian Fakultas Ilmu Kesehatan
UMS, Surakarta
Rafknowledge, 2004, Insomnia dan
Gangguan Tidur Lainnya, PT
Supriyadi, 2003, hubungan tingkat
Alex Media Komputindo, Jakarta
pengetahuan istri pasien stroke
dengan
Rahmayanti, 2009. Pengaruh
Kecemasan. Skripsi UNS: Surakarta
tekhnik guided imagery terhadap
tingkat kecemasan pada pasien
Townsend, M.C., 1999. Psychiatric
skizo-afektif di RSJD Surakarta,
Mental Health Nursing. Third
proposal skripsi, bagian fakultas
Edition. F.A. Davis Company:
ilmu kesehatan. UMS, Surakarta.
Philadelphia
Rita L. Atkinson. Pengantar
Stuart, Gail. W. 2007. Buku Saku
Psikologi, edisi 8. Erlangga,
Keperawatan Jiwa. Edisi ke-5.
1999.
EGC: Jakarta
Saseno. 2001. Relaksasi sebagai
Wiyono, 2009. Hubungan antara
Upaya Mengurangi Kecemasan
tingkat kecemasan dengan
Menghadapi Studi Mahasiswa
kecenderungan insomnia di panti
Akper Depkes Magelang. Tesis.
wredha dharma bakti surakarta ,
Program Pasca Sarjana UGM:
Skripsi, Bagian Fakultas Ilmu
Yogyakarta
Kesehatan UMS, Surakarta
Stuard. G.W., Laraia, M., 1998.
Principle and Practise of
Psiciatric Nursing. Sixth Edition.
Rosy Haristanadi: Mahasiswa
Mosby: New York.
S1 Keperawatan FIK UMS. Jln A
Stuart, Gail. W. 2007. Buku Saku
Yani Tromol Post 1 Kartasura
Keperawatan Jiwa. Edisi ke-5.
EGC: Jakarta
Arif Widodo,A.Kep.,M.Kes:
Sugiyono, 2004, Statistik untuk
Dosen Kepera-watan FIK UMS.
Penelitian, Penerbit Alfabeta,
Jln A Yani Tromol Post 1
Bandung.
Kartasura.
Sulasmi, 2006. Study Komparatif Kartinah, A.Kep, S.Kep : Dosen
Faktor-Faktor yang Keperawatan FIK UMS. Jln A
Mempengaruhi Stres pada Yani Tromol Post 1 Kartasura
Mahasiswa Program A dan B
dalam Menghadapi Ujian Sklill’s

Selengkapnya.....