FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa.L) SEBAGAI ANTI INFLAMASI
DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA
SKRIPSI FENI ADITYA RUKMINI K100060012 (UMS)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biji jinten hitam merupakan tanaman yang dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Hal tersebut disandarkan dari sabda
Rasulullah SAW yang menyebutkan sesungguhnya pada nya (jinten hitam)
terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali kematian” (HR. Abi Salamah
dari Abi Hurairah r.a.) (Hendrik, 2009).
Secara ilmiah biji jinten hitam dapat digunakan sebagai anti inflamasi.
Peradangan atau inflamasi merupakan respon langsung tubuh terhadap cedera atau
kematian sel. Peradangan biasanya ditandai dengan adanya rubor (kemerahan),
kalor (panas), dolor (nyeri), dan tumor (pembengkakkan) serta diikuti dengan
perubahan fungsi atau yang disebut fungsio laesa (Price and Wilson, 2005). Biji
jinten hitam dapat menghambat pembentukan zat (sintesis) eicosanoid penyebab
radang (Hendrik, 2009). Sesuai hasil percobaan farmakologis zat aktif yang
dipercaya berkhasiat sebagai anti inflamasi adalah timol (Marsik et al., 2005).
Penggunaan biji jinten hitam di masyarakat pada umumnya masih
dikonsumsi dalam bentuk biji utuh ataupun dalam bentuk serbuk yang kurang
efisien. Untuk itu perlu pengolahan lain berupa ekstrasi biji jinten yang dibuat
sediaan tablet kunyah. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu
bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau
orang tua yang sukar menelan obat utuh (Banker and Anderson, 1986), selain itu
1
formulasi sediaan dalam bentuk tablet kunyah akan lebih cepat diabsorbsi dan
cepat mencapai efek terapinya.
Tablet kunyah merupakan sediaan yang diharapkan hancur di mulut dan
dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari zat aktifnya (Voigt, 1984). Karena
jinten hitam memiliki zat pahit berupa nigelin, maka perlu dilakukan kombinasi
penggunaan bahan pengisi tablet yang dapat menutupi rasa pahit seperti sorbitol
dan laktosa. Sorbitol merupakan bahan pemanis yang biasa digunakan karena
manisnya sorbitol 50-60% manisnya sukrosa (Owen, 2006). Sorbitol tidak
menyebabkan karies gigi dan rendah kalori sehingga aman bagi penderita diabetes
(Owen, 2006). Sorbitol juga cukup stabil, tidak reaktif, dan memiliki
kompresibilitas yang baik. Selain beberapa keunggulan tersebut sorbitol
merupakan pemanis yang cukup mahal sehingga diperlukan kombinasi dengan
laktosa untuk mengurangi biaya produksi karena laktosa lebih ekonomis (Banker
and Anderson, 1986). Selain itu laktosa dapat memperbaiki sifat alir dari sorbitol
karena sorbitol bersifat higroskopis (Owen, 2006). Laktosa juga tidak bereaksi
dengan hampir semua obat, laju pelepasan obat baik dan granulnya cepat kering
(Ansel et al., 1995). Kombinasi tersebut diharapkan menghasilkan tablet kunyah
ekstrak biji jinten hitam yang baik.
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan sifat fisik
dan tanggapan rasa dari tablet kunyah ekstrak biji jinten hitam yang dibuat dengan
menggunakan bahan pengisi sorbitol-laktosa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ekstrak kental biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat
diformulasikan menjadi sediaan tablet kunyah dengan variasi kombinasi bahan
pengisi sorbitol-laktosa?
2. Bagaimana pengaruh variasi kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa
terhadap sifat fisik dan rasa dari tablet kunyah ekstrak jinten hitam (Nigella
sativa L.)?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan formula dan tablet kunyah ekstrak kental biji jinten hitam
(Nigella sativa L.) dengan variasi kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa.
2. Mengetahui pengaruh variasi kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa
terhadap sifat fisik dan rasa dari tablet kunyah ekstrak jinten hitam (Nigella
sativa L.).
D. Tinjauan Pustaka
1. Uraian Tanaman
a. Nama Lain
Jawa : jinten ireng (Jawa)
Sumatra : jinten item (Melayu) (Anonim, 1983).
b. Klasifikasi Tanaman
Kedudukan tanaman Jinten Hitam dalam sistematika tumbuhan adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Ranunculales
Suku : Ranunculaceae
Marga : Nigella
Jenis : Nigella sativa (Anonim, 1983).
c. Deskripsi Tanaman
Jinten hitam merupakan tanaman perdu dengan ketinggian mencapai 50
cm dan mempunyai batang sedikit berkayu yang berbentuk bulat dan berusuk,
serta berbulu kasar, bercabang dan berwarna hijau. Daun berbentuk bulat telur,
ujung lancip, terdapat 3 tulang daun yang berbulu. Buah berbentuk bulat panjang,
bersegi dan beralur, berbiji kecil warna hitam (Mursito, 2000). Kelopak bunga 5,
bundar telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil
membentuk sudut yang pendek dan besar. Mahkota bunga pada umumnya 8, agak
memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek. Bibir
bunga 2, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk benang,
ujung bibir bunga bagian bawah tumpul. Benang sari banyak, gundul. Kepala sari
jorong dan sedikit tajam, berwarna kuning (Anonimb, 1979).
d. Kandungan Kimia
Biji jinten hitam mengandung minyak atsiri mencapai 1,5% (terdiri dari
karven (40-60%), d-limonena, simena dan terpen-terpen lainnya), glukosida
saponin, glukosida beracun melantin, zat pahit nigelin, nigelon, timokinon, dan
timol (Mursito, 2000) (Marsik et al., 2005).
e. Kegunaan di Masyarakat
Sebagai antioksidan, anti diabetes mellitus, anti inflamasi dan memperkuat
sistem imunitas tubuh (Hendrik, 2009).
2. Tinjauan Tentang Ekstrak
a. Pengertian ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstrasi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
b. Metode Pembuatan Ekstrak
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,
perkolasi, soxhletasi (Ansel et al., 1995).
1) Maserasi
Istilah maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya
”merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus
memungkinkan untuk direndam dalam menstruum sampai meresep dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel
et al., 1995).
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara
penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1986).
2) Perkolasi
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan
colare yang artinya merembes, perkolasi merupakan suatu proses dimana obat
yang sudah halus, diekstraksi dengan pelarut yang cocok dengan cara dilewatkan
perlahan-lahan pada suatu kolom. Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat
ekstraksi yang disebut perkolator. Mengalirnya cairan penyari dalam perkolasi ini
melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk ditarik keluar oleh gaya
berat seberat cairan dalam kolom (Ansel et al., 1995).
3) Soxhletasi
Soxhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi cara panas dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi yang kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin baik (Anonim, 2000).
c. Penyarian ekstrak
Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula
berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam
cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin banyak (Anonim, 1986).
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, selektif, yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki, dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986). Sebagai
cairan penyari digunakan cair, eter, atau campuran etanol dan air (Anonima,
1979).
3. Tablet
a. Pengertian Tablet
Tablet adalah bentuk sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonima,
1979).
Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan yang meliputi ketepatan
dosis, praktis dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
dalam penyimpanan, mudah dibawa, serta bentuk yang memikat (Banker and
Anderson, 1986).
Pada dasarnya bahan tambahan dalam pembuatan tablet harus bersifat
netral, tidak berbau dan tidak berasa dan sedapat mungkin tidak barwarna (Voigt,
1984).
b. Tablet Kunyah
Tablet kunyah dikatakan sebagai tablet spesial yang digigit hingga hancur
dan ditelan. Sediaan ini memiliki rasa aromatik yang menyenangkan, tidak
mengandung bahan penghancur dan lebih disukai oleh pasien yang mempunyai
kesulitan dalam menelan obat (Voigt, 1984). Tablet kunyah juga merupakan
alternatif yang baik untuk anak-anak yang tidak bisa menelan tablet dengan air.
Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan suatu bentuk
pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua
yang mungkin sukar menelan obat utuh (Banker and Anderson, 1986).
Karakteristik tablet kunyah apabila dikunyah akan membentuk massa yang
halus, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak (Ansel et al., 1995). Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya
menggunakan mannitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan pengisi,
mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan
penampilan dan rasa (Anonim, 1995).
c. Bahan Tambahan dalam Pembuatan Tablet
Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah :
1) Bahan pengisi (diluent / filler)
Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk
dan untuk memperbaiki daya kohesi yang dapat dikempa langsung atau untuk
memacu aliran. Selain itu bahan pengisi ditambahkan ke dalam formulasi supaya
membentuk ukuran tablet yang diinginkan (Ansel et al.,1995).
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, kalsium
karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Banker and
Anderson,1986).
2) Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive yang
digunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul selanjutnya bila dikempa akan
menghasilkan tablet kompak. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
larutan (Anonim, 1995). Bahan pengikat diperlukan dalam pembuatan tablet
dengan maksud untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel serbuk sehingga
memberikan kekompakan dan daya tahan tablet (Voigt, 1984).
Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah mucilago amili 5–10 %,
solution gelatin 2–10 %, polivinil pirolidon 5–20 %, metil selulosa (solutio) 2-10
%, etil selulosa (solutio) 5–10 %, poliakrilamid 2–8 % (Sheth dkk, 1980).
3) Bahan pelicin (lubricant)
Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet keluar ruang cetak melalui
pengurangan gesekan antara dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan
sisi tablet. Bahan pelicin juga ditujukan untuk memacu aliran serbuk atau granul
dengan jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel (Voigt, 1984). Bahan
pelicin yang biasa digunakan adalah talk, Mg stearat, asam stearat, kalsium
stearat, natrium stearat, likopodium, lemak paraffin cair (Banker and Anderson,
1986).
d. Metode Pembuatan Tablet
Terdapat 3 metode dalam pembuatan tablet kompresi yaitu : metode
granulasi basah, metode granulasi kering, dan metode cetak langsung.
1) Metode Granulasi Basah
Metode granulasi basah ini merupakan salah satu metode yang paling
sering digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang
diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah ini dapat
dibagi sebagai berikut, yaitu menimbang dan pencampur bahan-bahan yang
diperlukan dalam formulasi, pembuatan granulasi basah, pengayakan adonan
lembab menjadi pelet atau granul,kemudian dilakukan pengeringan, pengayakan
kering, pencampuran bahan pelincin, dan pembuatan tablet dengan kompresi
(Ansel et al., 1995).
Keuntungan dari metode granulasi basah ini antara lain :
a) meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk
b) mencegah segregasi komponen penyusun tablet yang telah homogen sebelum
proses pencampuran
c) memperbaiki kecepatan pelarutan zat aktif untuk zat-zat yang bersifat
hidrofob, dengan perantara cairan pelarut yang cocok pada bahan pengikat
(Bandelin, 1996).
2) Metode Granulasi Kering
Pada metode granulasi kering, granul dibentuk dari penambahan bahan
pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan masa
yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan
menjadikannya pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Metode ini
khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi
basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya
diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel et al., 1995).
3) Metode Kempa Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir
sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Ansel et al., 1995).
Kebanyakan obat berdosis besar tidak cocok menggunakan metode ini.
Banyak juga obat berdosis kecil yang tidak dapat bercampur merata antara zat
aktif dengan pengisinya, bila menggunakan metode kempa langsung, sehingga
proses ini tidak praktis (Banker and Anderson, 1986).
e. Parameter Sifat Fisik Granul
1) Distribusi ukuran partikel
Penentuan ukuran partikel dapat dikerjakan dengan metode pengayakan,
yaitu dengan melewati serbuk dengan goncangan mekanis menembus suatu
susunan ayakan yang diketahui ukurannya dan berurutan dari ukuran yang besar
ke ukuran yang kecil (Ansel et al., 1995).
2) Waktu alir
Pemeriksaan waktu alir bertujuan ingin mengetahui bahwa serbuk yang
digunakan mempunyai waktu alir yang baik. Waktu alir yang baik akan
menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan terutama keseragaman bobotnya.
Apabila 100 g serbuk dengan waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami
kesulitan pada waktu penabletan (Sheth dkk, 1980).
3) Sudut Diam
Sudut diam yaitu sudut tepat yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Bila sudut diam lebih kecil dari 300 biasanya
menunjukkan bahwa bahan dapat mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau
sama dengan 400 biasanya mengalirnya kurang baik (Voigt, 1984).
4) Indeks Pengetapan
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan melakukan
penghentian (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat
volumeter (mechanical tapping device). Pengetapan dilakukan dengan mengamati
perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah pengetapan
setelah konstan (Vt). Serbuk dapat dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika
indeks pemampatannya kurang dari 20% (Fashihi and Kanfer, 1986).
f. Parameter Kualitas Tablet
1) Keseragaman Bobot Tablet
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan pada banyaknya
penyimpangan bobot tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai
syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia (Anonima, 1979).
2) Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan terjadi keretakan tablet
selama pembungkusan, pengangkutan, dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor yang mempengaruhi kekerasan
tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan tablet
biasanya 4-8 kg (Parrott, 1970).
3) Kerapuhan Tablet
Parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan
goncangan adalah kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
selama pengujian. Alat yang digunakan adalah abrasive tester. Faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk (fines).
Kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang baik
(Banker and Anderson, 1986).
4. Monografi Bahan Tambahan
a. Sorbitol
Sorbitol sering digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa produk
formulasi, seperti tablet kunyah. Sorbitol membrikan rasa manis dan sensasi
dingin di mulut. Sorbitol merupakan D-glusitol dan merupakan serbuk yang
higroskopis. Sorbitol aman digunakan pada penderita diabetes mellitus
dibandingkan dengan sukrosa (Owen, 2006). Sorbitol merupakan serbuk atau
granul atau lempengan, warna putih, rasa manis. Sangat mudah larut dalam air,
sukar larut dalam etanol, dalam metanol, dan asam asetat (Anonim, 1995).
b. Laktosa
Laktosa merupakan gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat
atau mengandung satu molekul air hidrat. Berupa serbuk atau massa hablur, keras,
putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi
mudah menyerap bau. Mudah dan pelan-pelan larut dalam air mendidih, sangat
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter (Anonim,
1995). Kemanisan laktosa 0,2 kali kemanisan sukrosa (Mendes et al., 1989).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hampir semua bahan obat, menunjukan laju pelepasan obat yang
baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap
perubahan pada kekerasan tablet, serta mempunyai harga yang relatif murah
(Lachman et al, 1989).
c. Magnesium Stearat
Magnesium stearat mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih
dari 8,5% MgO dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemerian serbuk halus,
putih, licin dan mudah melekat dikulit, bau lemah khas. Kelarutan praktis tidak
larut dalam air, dalam etanol (95%) p dan dalam eter p (Anonim, 1995). Mg
stearat digunakan sebagai lubricant pada pembuatan tablet dengan konsentrasi
antara 0,25% sampai 5,0% b/b (Allen and Luner, 2006).
d. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Tidak larut dalam
hampir semua pelarut. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Anonima,
1979). Talk berfungsi sebagai anticaking agent, glidant, diluent, dan lubricant
(Kibbe, 2006).
e. Amilum
Amilum yang digunakan adalah amilum manihot atau disebut juga pati
singkong. Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
utilisima Pohl (Familia Euphorbiaceae). Pemberiannya berupa serbuk sangat
halus, putih, praktis, tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (Anonim,
1995).
Label:
skripsi.S1.Farmasi