FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BIJI JINTEN
HITAM (Nigella sativa L.) SEBAGAI ANTI INFLAMASI
DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI
MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI
DIAN IKA NOVTIANI K100060016 (UMS)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biji jinten hitam atau habatussauda “Bahasa Arab” merupakan salah satu
tanaman obat berkhasiat di Indonesia yang saat ini marak dikembangkan sebagai
obat. Dalam sebuah haditz disebutkan, Rosullullah SAW bersabda: “Hendaklah
kamu menggunakan habatussauda (Nigella sativa L.) atau biji jinten hitam, karena
sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali
mati.”(HR.Abi Salamah dari Abi Hurairah r.a) (Hendrik, 2009).
Manfaat biji jinten hitam yang masuk dalam famili Ranunculaceae
diantaranya berkhasiat sebagai anti inflamasi (Hendrik, 2009). Zat yang
berkhasiat sebagai anti inflamasi dalam ekstraknya adalah timol (Marsik et al.,
2005) dan timokuinon, ditimokuinon, timohidrokuinon (Hendrik, 2009). Menurut
Houghton and Zarka (1995), bahwa mekanisme anti inflamasi dari ekstrak biji
jinten hitam berhubungan dengan penghambatan pada pembentukan zat (sintesis)
eikosanoid dan menurut Marsik et al., (2005) bahwa timol merupakan agen yang
paling aktif terhadap penghambatan COX-1 dengan IC (50) sebesar 0,2μM.
Tanda-tanda inflamasi antara lain rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (nyeri),
perubahan fungsi, dan tumor (pembengkakan) (Price and Wilson, 2005).
Karakteristik tablet kunyah mempunyai bentuk yang halus setelah hancur,
rasa yang enak, dan tidak meninggalkan rasa yang pahit (Ansel, 2005). Tujuan
dari tablet kunyah digunakan untuk pasien yang sulit menelan tablet atau untuk
anak-anak yang tidak bisa menelan tablet dengan air (Alderborn, 2003). Rasa
yang dihasilkan dari tablet kunyah harus memiliki rasa yang lebih ditonjolkan
serta menyenangkan di mulut dan lebih cepat memberikan khasiat dari tablet
biasa.
Penggunaan bahan pengisi yang memiliki rasa manis digunakan untuk
memberikan rasa manis dari tablet kunyah dan memperbaiki rasa dari ekstrak biji
jinten hitam yang pahit dari kandungan zat nigelin. Manitol mempunyai rasa
manis 70% dari manisnya gula dengan rasa dingin dan di mulut terasa dinginnya,
merupakan bahan yang tidak higroskopis (Ansel et al., 1995). Manitol merupakan
gula paling mahal yang digunakan sebagai pengisi tablet, rasanya enak di mulut
dan manitol banyak digunakan dalam tablet kunyah (Lachman et al., 1989).
Laktosa merupakan gula yang diperoleh dari susu (Anonim, 1995), paling banyak
digunakan karena lebih ekonomis dan tidak bereaksi dengan hampir semua obat,
menunjukkan laju pelepasan obat yang baik dan granulnya cepat kering (Lachman
et al., 1989). Diperlukan kombinasi manitol-laktosa karena manitol merupakan
gula mahal, sedangkan laktosa lebih ekonomis sehingga dapat mengurangi biaya
produksi dan diharapkan menghasilkan tablet kunyah yang baik.
Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dilakukan penelitian pembuatan
tablet kunyah menggunakan kombinasi bahan pengisi manitol-laktosa untuk
mengetahui pengaruh pemeriksaan sifat fisik dan tanggapan rasa dari tablet
kunyah ekstrak biji jinten yang dihasilkan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah:
1. Apakah ekstrak kental biji jinten hitam (Nigella sativa L.) dapat
diformulasikan menjadi sediaan tablet kunyah dengan kombinasi bahan
pengisi manitol-laktosa?
2. Bagaimana pengaruh variasi kombinasi bahan pengisi manitol-laktosa pada
pembuatan tablet kunyah ekstrak biji jinten hitam terhadap sifat fisik dan rasa
dari tablet kunyah ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa L.)?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan tablet kunyah dengan kombinasi bahan pengisi manitol-laktosa.
dari ekstrak kental biji jinten hitam (Nigella sativa L.).
2. Mengetahui pengaruh variasi kombinasi bahan pengisi manitol-laktosa pada
pembuatan tablet kunyah ekstrak biji jinten hitam terhadap sifat fisik dan rasa
dari tablet kunyah ekstrak biji jinten hitam (Nigella sativa L.).
D. Tinjauan Pustaka
1. Uraian Tanaman
a. Nama Simplisia
Nigella sativae semen, Melanthii semen; biji jinten hitam (Soedibyo,
1998). Nama daerah: jinten ireng (jawa) dan jinten item (sumatera; melayu)
(Anonim, 1983).
b. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Ranunculales
Suku : Ranunculaceae
Marga : Nigella
Jenis : Nigella sativa L. (Anonim, 1983)
c. Deskripsi Tanaman
Tanaman terna setahun berbatang tegak. Batang biasanya berusuk dan
berbulu kasar, rapat atau jarang-jarang dan disertai dengan adanya bulu-bulu yang
berkenjar. Bentuk daun lanset berbentuk garis, panjang 1,5 cm sampai 2 cm,
ujung meruncing, terdapat 3 tulang daun yang berbulu. Daun bagian bertangkai
dan bagian atas duduk. Daun pembalut bunga kecil. Kelopak bunga 5, bundar
telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul. Mahkota bunga pada
umumnya 8, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan
pendek. Biji hitam, jorong bersudut 3 tak beraturan dan sedikit berbentuk kerucut,
panjang 3 mm, berkelenjar (Anonimb, 1979).
d. Kandungan Kimia
Biji jinten hitam mengandung timol (Marsik et al., 2005), timokuinon,
ditimokuinon, timohidrokuinon (Hendrik, 2009), selain itu minyak atsiri, melantin
(saponin), nigelin (zat pahit), nigelon, timokinon, minyak lemak dan zat samak
(Soedibyo, 1998).
e. Khasiat
Menurut penelitian Marsik et al., (2005) biji jinten hitam berkhasiat
sebagai anti inflamasi, selain itu diabetes militus, peningkat sistem imun, anti
kanker, asma (Hendrik, 2009), diuretik dan karminativ (Soedibyo, 1998). Biji
jinten hitam dalam ramuan digunakan sebagai pelangsing badan, stimulant,
mengeluarkan keringat dan sebagai peluruh haid (Mursito, 2000).
2. Tinjauan Tentang Ekstrak
a. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Anonim, 1995).
Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula
berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam
cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila serbuk
simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin baik (Anonim, 1986).
b. Metode Pembuatan Ekstrak
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain: maserasi,
perkolasi dan soxhletasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor
seperti: sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam
metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna
(Ansel et al., 1995).
1) Maserasi
Istilah Maceration berasal dari bahasa latin macerare, yang artinya
“merendam”. Merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus
memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap dan
melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut
(Ansel et al., 1995).
2) Perkolasi
Perkolasi merupakan suatu proses dimana obat yang sudah halus,
diekstraksi dengan pelarut yang cocok dengan cara dilewatkan perlahan-lahan
pada suatu kolom (Ansel et al., 1995).
3) Soxhletasi
Soxhletasi merupakan salah satu metode ekstraksi cara panas dengan
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi eksraksi yang kontinu dengan jumlah pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin baik (Anonim, 2000).
c. Cairan Penyari
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria yaitu murah dan mudah
diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, selektif, yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki, dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986). Cairan
penyari yang digunakan adalah air, eter, etanol-air atau eter (Anonima, 1979).
3. Tinjauan Tentang Tablet Kunyah
a. Bahan Tambahan Pada Tablet
Bahan tambahan pada tablet meliputi:
1) Bahan pengisi (diluent / filler)
Bahan pengisi ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga
dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi yang biasa
digunakan antara lain laktosa, sukrosa, dekstrosa, manitol, sorbitol, dan bahan lain
yang cocok (Banker and Anderson, 1986).
2) Bahan pelicin (lubricant)
Bahan pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan
jalan mengurangi gesekan di antara partikel-partikel. Bahan-bahan yang biasa
yang digunakan antara lain talk, magnesium stearat, asam stearat, kalsium stearat,
natrium stearat (Banker and Anderson, 1986).
3) Bahan Pengikat (binder)
Bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan kekompakkan dan daya
tahan tablet. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain gula dan jenis pati,
gelatin, turunan selulosa, gom arab, tragakan (Voigt, 1984). Bahan pengikat yang
biasa digunakan adalah mucilago amili 5–10%, solution gelatin 2–10%, polivinil
pirolidon 5–20%, metil selulosa (solutio) 2–10%, etil selulosa (solutio) 5–10%,
poliakrilamid 2–8% (Sheth et al., 1980). Bahan pengikat dapat ditambahkan
dalam bentuk kering tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan
(Anonim, 1995).
b. Tablet Kunyah
Tablet kunyah merupakan tablet spesial yang digigit hingga hancur dan
ditelan (Voigt, 1984). Sediaan ini memiliki rasa aromatik yang menyenangkan,
tidak mengandung bahan penghancur dan lebih disukai oleh pasien yang
mempunyai kesulitan dalam menelan. Tablet kunyah juga merupakan alternatif
yang baik untuk anak-anak yang tidak bisa menelan tablet dengan air
(Alderborn, 2003).
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu dengan
rasa pahit atau tidak enak (Anonim, 1995). Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk
memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada
anak-anak atau orang tua yang mungkin sukar menelan obat utuh
(Banker and Anderson, 1986). Untuk mendapatkan tablet kunyah yang dapat
diterima konsumen dan memenuhi persyaratan, diperlukan bahan pengisi
sekaligus pemanis. Tablet kunyah pada umumnya menggunakan manitol, sorbitol,
laktosa, dekstrosa, glukosa atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan
pengisi. Bahan tersebut bisa sekaligus sebagai bahan pemanis (Anonim, 1995).
Tablet kunyah merupakan bentuk sediaan farmasi yang praktis untuk
dikembangkan dalam formula ekstrak obat tradisional. Keunggulan dari produk
tablet kunyah yang mengandung ekstrak adalah kandungan bahan alami akan
lebih mudah diserap tubuh dan mudah dilepaskan sehingga bekerja aktif pada
jaringan tubuh yang diobati.
c. Metode Pembuatan Tablet
Pembuatan tablet terdapat 3 macam metode, yaitu metode granulasi basah,
metode granulasi kering dan cetak langsung (Ansel et al., 1995).
1) Metode granulasi basah (Wet granulation)
Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau
bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan pada campuran
serbuk, namun demikian, bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering kedalam
campuran serbuk dan cairan dapat dimasukkan sendiri (Banker and Anderson,
1986).
Keuntungan granulasi basah adalah:
a) Meningkatkan kohesifitas dalam kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan
tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi
tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang bagus, keras, dan tidak rapuh.
b) Zat aktif yang kompaktibilitasnya rendah dalam dosis yang tinggi harus dibuat
dengan metode granulasi basah, karena jika digunakan metode cetak langsung
memerlukan banyak eksipien sehingga berat tablet terlalu besar.
c) Zat aktif yang larut air dalam dosis kecil, maka distribusi dan keseragaman zat
aktif akan lebih baik kalu dicampurkan dengan larutan bahan pengikat.
d) Sistem granulasi basah dapat mencegah segregasi komponen penyusun tablet
yang telah homogen sebelum proses pencampuran.
e) Zat-zat yang bersifat hidrofob, sistem granulasi basah dapat memperbaiki
kecepatan pelarutan zat aktif dengan perantara cairan pelarut yang cocok pada
bahan pengikat (Sheth et al., 1980).
2) Metode granulasi kering (Dry granulation)
Proses granulasi kering sesuai untuk bahan obat yang tidak tahan
pemanasan dan kelembaban (Anonim, 1995). Pada metode granulasi kering,
granul dibentuk oleh kelembaban atau penambahan bahan pengikat kedalam
campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya
besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan
pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil (Ansel et al., 1995).
Keuntungan granulasi kering adalah perawatan dan proses yang digunakan
lebih sedikit dibandingkan granulasi basah karena lebih sedikit menggunakan
larutan bahan pengikat, peralatn pencampur yang berat, biaya dan waktu
pengeringan (Sheth et al., 1980).
3) Metode kempa langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir
sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Sheth et al., 1980). Keuntungan yang utama dari tabletisasi langsung adalah
bahan obat yang peka lembab dan panas, yang stabilitasnya terganggu akibat
operasi granulasi, dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1984).
d. Bahan Tambahan Pada Tablet Kunyah
1) Manitol
Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5%
C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berupa serbuk hablur atau
granul mengalir bebas, putih, tidak berbau, rasa manis. Mudah larut dalam air,
larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam
etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Manisnya manitol 0,5-0,7
manisnya sukrosa (Mendes et al., 1989). Manitol adalah senyawa alkohol heksa
hidrat yang berbentuk kristal putih, memiliki sifat-sifat yang diinginkan sebagai
bahan tambahan pada formulasi tablet kunyah. Manisnya manitol kira-kira 70%
dari manisnya gula dengan rasa dingin dimulut, memiliki kelarutan cukup dalam
air dan merupakan salah satu bagian pengisi yang biasa digunakan dalam tablet
kunyah, karena mempunyai higroskopisitas yang rendah (Ansel et al., 1995).
Manitol biasa digunakan dalam formulasi sediaan farmasi dan produk
makanan. Dalam formulasi sediaan farmasi, manitol digunakan sebagai diluent
(10-90% b/b) dalam formulasi tablet, dimana menjadi nilai tertentu karena tidak
higroskopis dan boleh digunakan bersama bahan adiktif yang mempunyai
kelembaban sensitif. Manitol digunakan pada kompresi tablet langsung dimana
granul dan semprot pengering tersedia atau pada granulasi basah. Granulasi yang
mengandung manitol mempunyai keuntungan yaitu mudah dikeringkan
(Armstrong, 2006). Keuntungan lain dari penggunaan manitol antara lain:
pemanis rendah berkalori dengan hanya 1,6 kalori per gram yang dapat berguna
untuk pasien diabetes militus, tidak higroskopis, mempunyai rasa manis, sejuk,
menyenangkan, dan tidak memberikan pembentukan karies gigi (Anonim, 2009).
Manitol merupakan gula mahal (Banker and Anderson, 1986).
2) Laktosa
Laktosa merupakan gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat
atau mengandung satu molekul air hidrat. Berupa serbuk atau massa hablur, keras,
putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi
mudah menyerap bau. Mudah dan pelan-pelan larut dalam air mendidih, sangat
sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
(Anonim, 1995). Manisnya laktosa 0,2 manisnya sukrosa (Mendes et al., 1989).
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hampir semua bahan obat, menunjukan laju pelepasan obat yang
baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap
perubahan pada kekerasan tablet, dan juga laktosa mempunyai harga yang relatif
murah (Lachman et al., 1989).
3) Amilum manihot
Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot
utilissima Pohl. (Familia Euphorbiaceae). Merupakan serbuk sangat halus, putih.
Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (Anonim, 1995).
4) Magnesium stearat
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium
stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung
setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Berupa
serbuk halus, putih dan voluminus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas
dari butiran. Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter (Anonim, 1995).
5) Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung
sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran. Tidak larut
dalam hampir semua pelarut (Anonim, 1995). Talk berfungsi sebagai anticaking
agent, glidant, diluent, dan lubricant (Kibbe, 2006).
e. Parameter Fisik Granul
1) Distribusi Ukuran Partikel
Penentuan ukuran partikel dapat dikerjakan dengan metode pengayakan,
yaitu dengan melewati serbuk dengan goncangan mekanis menembus suatu
susunan ayakan yang diketahui ukurannya dan berurutan dari ukuran yang besar
ke ukuran yang kecil (Ansel et al., 1995).
2) Waktu alir
Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan bila sejumlah granul
dituangkan pada suatu alat kemudian dialirkan. Mudah atau tidaknya aliran granul
dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan
kelembabannya. Kecepatan aliran granul sangat penting karena berpengaruh pada
keseragaman bobot tablet (Sheth et al., 1980).
3) Sudut diam
Sudut diam merupakan sudut maksimal yang mungkin terjadi antara
permukaan suatu tumpukan serbuk dan bidang horizontal. Besar kecilnya sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan gaya gesek antar partikel. Bila
sudut diam lebih kecil dari 30oC biasanya menunjukkan bahwa bahan dapat
mengalir bebas, bila sudutnya lebih besar atau sama dengan 400C biasanya
mengalirnya kurang baik (Banker and Anderson, 1986).
4) Pengetapan
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan yaitu dengan melakukan
penghentakan (tapping) terhadap sejumlah serbuk dengan menggunakan alat
volumeter (mechanical tapping device). Pengetapan dilakukan dengan mengamati
perubahan volume sebelum pengetapan (Vo) dan volume setelah pengetapan
setelah konstan (Vt). Serbuk dapat dikatakan memiliki sifat air baik jika indeks
pemampatannya kurang dari 20% (Fashihi and Kanfer, 1986).
f. Parameter Fisik Tablet Kunyah
1) Keseragaman bobot tablet
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet
sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi III
(Anonima, 1979).
2) Kekerasan tablet
Kekerasan tablet merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan
tablet dalam melawan takanan mekanik seperti guncangan dan terjadinya
keretakan tablet selama pengemasan dan transportasi.Tablet yang baik
mempunyai kekuatan antara 4-8 kg (Parrott, 1970). Tablet harus cukup keras
untuk tahan pecah waktu penanganan atau pembuatan, pengemasan dan
transportasi, tablet juga harus cukup untuk melarut sehinnga dapat hancur saat
digunakan atau dipatahkan diantara jari-jari bila memang tablet ini perlu dibagi
pada saat pemakaiannya (Ansel et al., 1995). Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester (Monsanto Stokes) dan hardness tester (Strong–Cobb)
(Banker and Anderson, 1986).
3) Kerapuhan
Kerapuhan dinyatakan sebagai massa seluruh partikel yang dilepaskan dari
tablet akibat adanya beban penguji mekanik. Kerapuhan dinyatakan dalam prosen
yang mengacu pada massa tablet awal sebelum pengujian dilakukan
(Voigt, 1984). Sifat tablet yang berhubungan dengan kerapuhan diukur dengan
menggunakan friabilitor. Nilai kerapuhan lebih besar dari 1% dianggap kurang
baik (Banker and Anderson, 1986).
4) Uji Penerimaan Rasa
Uji penerimaan rasa merupakan pengujian yang panelisnya
mengemukakan respon berupa rasa terhadap sampel yang diuji. Pada pengujian
ini panelis diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan tanpa
membandingkan dengan sampel standar.
5) Uji Kesukaan (Hedonik test)
Uji kesukaan merupakan pengujian yang panelisnya menemukakan respon
berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pada pengujian ini panelis
diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan tanpa membandingkan
dengan sampel standar.
Label:
skripsi.S1.Farmasi