PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLETEFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn DAN VI

Share |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam sitrat-asam tartrat terhadap sifat fisik tablet effervescent yang mengandung Fe, Zn dan vitamin C. Penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi asam sitrat-asam tartrat yaitu formula I (asam sitrat 16,2% dan asam tartrat 25,2%); formula II (asam sitrat 24,3% dan asam tartrat 17,1%); formula III (asam sitrat 8,1% dan asam tartrat 33,3%); formula IV (asam sitrat 3,6% dan asam tartrat 37,8%); formula V (asam sitrat 28,8% dan asam tartrat 12,6%). Pembuatan tablet effervescent menggunakan metode peleburan. Granul diuji sifat fisiknya meliputi waktu alir, sudut diam, pengetapan. Tablet yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur pada suhu 100C, 250C, 350C, 600C serta diuji respon rasanya. Data dianalisis secara teoritis dan statistik, yaitu dengan uji ANAVA.
Hasil penelitian secara teoritis memenuhi persyaratan sifat fisik granul dan tablet kecuali formula I dan II tidak memenuhi persyaratan pada kekerasan dan kerapuhan. Variasi konsentrasi asam sitrat-asam tartrat berpengaruh terhadap sifat fisik granul dan tablet effervescent yang mengandung Fe, Zn dan vitamin C. Tablet effervescent ini belum dapat diterima oleh konsumen.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus kekurangan zat gizi mikro seperti iodium, besi, dan vitamin A
merupakan masalah gizi di Indonesia. WHO memperkirakan bahwa 54%
penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang buruk
(Irwandy, 2007). Prevalensi gizi buruk anak balita di Indonesia diperkirakan 7,5%
(Jahari dan Imam, 2002). Kekurangan gizi pada anak-anak berhubungan dengan
kekurangan vitamin dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan
mikronutrien tertentu. Kekurangan mikronutrien selama masa anak-anak sangat
berbahaya. Kekurangan besi dapat mengganggu perkembangan mental dan
motorik anak serta menyebabkan anemia (kurang darah), sedangkan kekurangan
zinc dapat mengganggu pertumbuhan (Brown, et al., 1998). Menurut Pollit and
Metallinos-Katsaras (1990), bahwa anak-anak yang menderita kekurangan besi
hasil tes psikomotornya kurang baik dibandingkan anak-anak yang tidak anemia
(Gillespie, 1998). Hasil penelitian, didapatkan bahwa lebih dari 40% anak sekolah
menderita anemia (Permaesih, 2004).
Di beberapa negara berkembang telah dilakukan beberapa penelitian
tentang suplementasi Zn dan Fe. Beberapa penelitian tersebut menunjukkan hasil
bahwa suplementasi zink dapat menurunkan penyakit infeksi (diare dan batuk)
dan meningkatkan pertumbuhan anak (Lira, et al., 1998). Selain itu, suplementasi
zinc dan Fe dapat meningkatkan panjang badan anak (Nasution, 2000). Mengingat
tingginya defisiensi zat gizi tertentu serta efek negatifnya, maka diperlukan suatu
3
alternatif untuk memenuhi kekurangan tersebut yaitu dengan cara pemberian
suplementasi zat gizi seperti besi (ferro sulfat) dan zink sehingga dapat membantu
pertumbuhan anak.
Formulasi bentuk tablet effervescent merupakan suatu solusi yang tepat
karena selain bentuknya unik dan menarik, juga dapat menutupi rasa dari besi
(ferro sulfat) yang tidak enak. Selain itu, cocok untuk anak yang sukar menelan
tablet karena tablet effervescent merupakan tablet yang langsung larut bila
dimasukkan dalam air serta menyegarkan karena adanya karbonat yang membantu
memperbaiki rasa pada beberapa obat sehingga tablet effervescent lebih enak
untuk dikonsumsi serta lebih disukai masyarakat karena penggunaannya lebih
praktis (Banker and Anderson, 1989).
Komponen dalam formulasi tablet effervescent selain mengandung zat
aktif juga mengandung sumber asam yang dapat membuat suasana asam pada
campuran effervescent, salah satu sumber asam yang sering digunakan adalah
asam sitrat dan asam tartrat. Menurut Ansel (1989), penggunaan asam sitrat-asam
tartrat lebih dipilih daripada hanya menggunakan satu macam asam saja. Hal ini di
karenakan penggunaan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila
asam sitrat sebagai asam tunggal akan menghasilkan campuran lekat dan sukar
untuk menjadi granul sedangkan apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul
yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal.
Menurut Mohrle (1989), dengan menggunakan asam tartrat saja akan
menghasilkan tablet effervescent yang lebih mudah larut dalam air, karena
kelarutan asam tartrat dalam air lebih tinggi daripada asam sitrat.
4
Dalam penelitian ini, asam sitrat-asam tartrat digunakan sebagai
komponen sumber asam. Penggunaan asam sitrat - asam tartrat akan berpengaruh
terhadap sifat fisik tablet effervescent. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
perlu dicari konsentrasi yang baik untuk formulasi tablet effervescent yang
mengandung Fe, Zn dan vitamin C. Dengan demikian penelitian ini penting untuk
dilakukan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi asam
sitrat-asam tartrat terhadap sifat fisik granul (meliputi sifat alir, sudut diam,
pengetapan), sifat fisik tablet (meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan,
waktu larut) serta respon rasa tablet effervescent yang mengandung Fe, Zn dan
vitamin C ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam sitrat-asam tartrat
terhadap sifat fisik granul (meliputi sifat alir, sudut diam, pengetapan), sifat fisik
tablet (meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut) serta
respon rasa tablet effervescent yang mengandung Fe, Zn dan vitamin C.
5
D. Tinjauan Pustaka
1. Zat Besi ( Fe )
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi
Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan
kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokromik mikrositik.
Fe lebih mudah diabsorpsi dalam bentuk ferro (Tanu, 2005). Menurut RDA,
dosis Fe yang diperlukan oleh anak sebesar 10 mg (Gilman’s and Goodman,
2001).
Ferro sulfat merupakan preparat yang baik untuk pengobatan anemia
defisiensi besi yang biasanya diberikan secara peroral. Ferro sulfat banyak
digunakan karena harganya murah mengandung 67 mg besi (anhidrat) dalam
tiap tablet 200 mg dan paling banyak diberikan pada keadaan perut kosong
(Hoffbrand and Pettif, 1995).
2. Zink ( Zn )
Zinc merupakan kofaktor enzim dan penting untuk metabolisme asam
nukleat dan sintesis protein. Mineral ini diperlukan untuk pertumbuhan serta
nafsu makan (Tanu, 2005). Anjuran RDA dosis zinc untuk anak adalah 5-10
mg (Gilman’s and Goodman, 2001).
3. Vitamin C
Vitamin C berperan sebagai suatu kofaktor dan dalam kondisi tertentu
bersifat sebagai antioksidan. Dosis yang dianjurkan minimal 150 mg (Tanu,
2005). Vitamin C meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi besi ferri
6
menjadi ferro dalam usus halus. Absorpsi vitamin C perhari sebesar 120 mg
(Almatsier, 2009)
4. Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), pengertian tablet
adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih
atau sirkuler, kedua permukaanya rata dan cembung, mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat,
zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
5. Tablet Effervescent
Tablet effervescent yaitu tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi
granul yang mengandung garam effervescent atau bahan lain yang mampu
melepaskan gas ketika bercampur dengan air (Ansel, 1989). Tablet
effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet yang dibuat dengan
cara pengempaan bahan-bahan aktif dengan campuran asam-asam organik,
seperti asam sitrat atau asam tartrat dan natrium karbonat. Bila tablet ini
dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan
natrium karbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan
menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan
biasanya berlangsung dalam waktu satu menit atau kurang. Disamping
menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak
karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa beberapa
obat tertentu (Banker and Anderson, 1989).
7
Bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent antara lain:
a. Sumber asam
Bahan yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana
asam pada campuran effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan
air akan terhidrolisa kemudian melepaskan asam yang dalam proses
selanjutnya menghasilkan CO2 (Mohrle, 1989).
Menurut Morle (1989), keasaman sangat penting dalam proses
reaksi effervescent, dan ini didapat dari tiga sumber asam yang
mengandung asam tersebut, yaitu:
1) Asam anhidrat (acid anhydrides)
Pada asam anhidrat ini tidak terdapat air kristal, contohnya: asam
suksinat dan sitrat anhidrat.
2) Asam bebas
Merupakan asam yang mengandung asam atau bahan yang bisa
memberikan suasana asam pada campuran effervescent, seperti: asam
sitrat (citric acid), asam tartrat (tartaric acid), asam malat (malic acid)
3) Asam garam (acid salt)
Asam dalam bentuk garam, yang lebih mudah larut dalam air,
contohnya: natrium dihidrogen fosfat.
Kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dapat memperbaiki ikatan
antar partikel, sehingga ikatan antar partikel di dalamnya menjadi semakin
kuat. Dalam pembuatan tablet, hal ini sangat menguntungkan sekali karena
dapat menghasilkan kekerasan tablet yang baik yang dapat tahan baik
8
terhadap guncangan dan gesekan pada saat pengempaan, pengemasan dan
pendistribusian. Secara sederhana proses pembuatan tablet effervescent
dibagi menjadi dua tahap yaitu proses pencampuran bahan dan pencetakan
tablet.
Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi
asam sitrat dan asam tartrat karena penggunaan bahan asam tunggal saja
akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tungal,
granul yang dihasilkan akan rapuh dan menggumpal. Bila hanya asam
sitrat saja akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul
(Ansel, 1989).
b. Sumber karbonat
Sumber karbonat digunakan sebagai bahan penghancur dan sumber
timbulnya gas yang berupa CO2 pada tablet effervescent. Sumber karbonat
yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium
bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat merupakan bagian
terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat baik dalam air,
non higroskopis, serta tersedia secara komersil mulai bentuk bubuk sampai
granul, sehingga bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembuatan tablet
effervescent (Mohrle, 1989).
c. Bahan pengikat (binder)
Bahan pengikat digunakan untuk membantu menyatukan bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent. Penggunaan
bahan pengikat ini terbatas, karena penggunaan bahan pengikat yang
9
terlalu banyak akan menghambat disintegrasi (menurunkan daya larut)
tablet effervescent dalam air (Mohrle, 1989).
Bahan pengikat yang sering digunakan dalam pembuatan tablet
effervescent adalah gula, jenis pati, gom arab, gelatin dan turunan selulosa
(Rohdiana, 2002).
Bahan pengikat dari bahan alami contohnya adalah agar-agar, pasta
kanji umumnya kurang efektif digunakan, karena mempunyai daya larut
yang kecil dan akan meninggalkan residu dalam air. Bahan pengikat
banyak
kering contohnya: laktosa, dekstrosa, manitol umumnya
digunakan, tapi bahan pengikat ini tidak efektif jika digunakan dalam
konsentrasi yang kecil (Mohrle, 1989).
d. Bahan pelicin (lubricant)
Diantara semua bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet effervescent, lubricant adalah yang paling penting. Tanpa lubricant,
bahan obat akan mengganggu peralatan kecepatan tinggi, karena bahan
obat akan menempel pada dinding die pada saat pengempaan dan
pengeluaran tablet. Penggunaan bahan pelicin dalam tablet effervescent
terbatas karena akan mengurangi disintegrasi dari bahan obat itu sendiri.
Konsentrasi lubricant yang digunakan adalah tidak lebih dari 1%.
Magnesium, zat kapur, dan asam stearat adalah bahan yang paling efisien
digunakan. Pada konsentrasi 1% atau lebih sedikit zat-zat tersebut efektif
sebagai lubricant, tapi tidak dapat karut dalam air sehingga akan
mengganggu disintegrasi dari tablet effervescent. Talk dan
10
polytetrafluoroethylene dalam bentuk bubuk atau tepung juga tidak dapat
larut dalam air, tetapi zat tersebut biasanya dapat mengizinkan disintegrasi
tablet effervescent lebih cepat. Lubricant yang dapat larut dalam air
biasanya kurang efektif jika dibandingkan dengan asam stearat dan
dibutuhkan dalam konsentrasi yang cukup tinggi, contoh dari lubricant
yang dapat larut dalam air adalah polietilenglikol 8000 dan sodium
benzoate. Sodium stearat dan sodium oleat juga merupakan lubricant yang
dapat larut dalam air dalam konsentrasi rendah, oleh karena itu kombinasi
dari kedua zat ini dapat menjadi suatu lubricant yang efisien. Bahan
pelicin dapat ditambahkan secara internal maupun eksternal. Bahan pelicin
internal ditambahkan ke dalam campuran granul dan termasuk ke dalam
formulasi. Bahan pelicin eksternal ditambahkan ke alat selama proses
penabletan. Bahan pelicin yang sering digunakan adalah metal stearat dan
polyethylenglycol (PEG) untuk bahan pelicin internal dan asam lemak
untuk bahan pelicin eksternal (Morle, 1989).
e. Bahan pengisi (Diluent)
Bahan pengisi dalam tablet effervescent digunakan untuk mencapai
berat tablet seperti yang diinginkan. Bahan pengisi yang digunakan harus
dapat larut dalam air dan membentuk larutan yang jernih jika dilarutkan.
Sodium bikarbonat juga dapat berfungsi sebagai diluents dalam tablet
effervescent, dan hal ini tidak akan menimbulkan masalah pada
pembentukan gas CO2. Contoh bahan lain yang dapat digunakan sebagai
11
diluents dalam pembuatan tablet effervescent adalah sodium klorid dan
sodium sulfat (Mohrle, 1989).
f. Bahan tambahan lain
Dalam tablet effervescent biasanya sering ditambahkan bahan
pengisi dan pewarna untuk memperbaiki penampilan dan rasa tablet. Tapi
yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahan tersebut harus mudah
larut dalam air agar tidak meninggalkan residu.
Bahan tambahan lain ditambahkan dalam tablet effervescent
berdasarkan fungsinya masing-masing. Pewarna dan pemanis juga sering
ditambahkan untuk membuat tablet effervescent lebih menarik (Mohrle,
1989).
Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah
kemungkinan pembentukan larutan dalam waktu cepat dan mengandung dosis
obat yang tepat. Kerugian tablet effervescent adalah kesukaran menghasilkan
produk yang stabil secara kimia. Kelembaban udara selama pembuatan
produk sudah dapat untuk memulai reaksi effervescent. Selama reaksi
berlangsung air yang dibebaskan dari bikarbonat menyebabkan autokatalisis.
Tablet effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran
alumunium kedap udara atau kemasan padat di dalam tabung silinder dengan
ruang udara yang minimum (Mohrle, 1989).
6. Pemeriksaan Kualitas Granul
Untuk mengetahui kualitas granul effervescent secara fisik maka perlu
dilakukan beberapa evaluasi, diantaranya adalah:
12
a. Sudut diam (angle of repose)
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Granul atau serbuk akan mudah
mengalir dengan baik jika sudut diam yang terbentuk 250-450. Besar
kecilnya sudut diam sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya tarik dan
gaya gesek antar partikel. Jika gaya tarik dan gaya gesek kecil, maka
granul akan lebih cepat dan mudah mengalir. Selain itu sudut diam juga
dipengaruhi oleh ukuran partikel, semakin kecil ukuran partikel maka
kohesivitas partikel makin tinggi yang akan mengurangi kecepatan alirnya
sehingga sudut diam yang terbentuk semakin besar (Fonner, et al., 1981).
Tabel 1. Hubungan sudut diam dengan aliran serbuk
Sudut diam (βo) Aliran
< 25 Sangat baik 25 – 30 Baik 30 – 40 Sedang > 40 Sangat buruk
(Aulton, 2002)
b. Waktu alir
Waktu alir yaitu waktu yang diperlukan sejumlah granul atau serbuk untuk
mengalir dalam suatu alat alat yang dipakai. Pada campuran serbuk atau
granul sifat alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
rapat jenis, porositas, bentuk partikel, ukuran partikel, kondisi percobaan,
dan kandungan lembab (Voigt, 1984). Waktu alir 100 gram granul tidak
lebih dari 10 detik (Fudholi, 1983).
13
c. Pengetapan
Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk
akibat hentakan (tapped) dan getaran (vibrating). Makin kecil indeks
pengetapan makin kecil sifat alirnya. Granul atau serbuk dengan indeks
pengetapan kurang dari 20% menunjukkan sifat alir baik (Fashihi and
Kanfer, 1986).
Data pengetapan dapat digunakan untuk mengetahui
kompresibilitas dari granul yang dihasilkan. Kompresibilitas dapat dilihat
dari harga indeks Carr’s yang sangat bergantung pada kerapatan nyata
meupun kerapatan mampat dari granul yaitu dengan cara kerapatan
mampat dikurangi kerapatan nyata, lalu dibagi dengan kerapatan mampat.
Kompresibilitas granul dinyatakan dalam persen. Hubungan antara indeks
Carr’s dengan jenis aliran granul dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hubungan indeks Carr’s dengan sifat aliran serbuk
Indeks Carr’s (%) Sifat aliran
5 – 15 Sangat baik
12 – 16 Baik
18 – 21 Cukup
23 – 28 Buruk
28 – 38 Sangat buruk
> 40 Sangat buruk sekali
(Aulton, 2002)
7. Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
a. Keseragaman bobot tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), tablet tidak bersalut harus
memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut:
14
ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B.
Tabel 3. Penyimpangan Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg - 150 mg 10% 20%
151 mg - 300 mg 7,5% 15%
> 300 mg 5% 10%
b. Kekerasan tablet
Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan-tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan
terjadinya keretakan tablet selama pengemasan, pengangkutan, dan
pendistribusian kepada konsumen. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrot, 1970).
c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan merupakan parameter lain dari ketahanan tablet dalam
melawan tahanan mekanik seperti goncangan dan pengikisan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kerapuhan adalah banyaknya kandungan
serbuk halus atau fines. Kerapuhan dinyatakan dalam prosentase bobot
15
yang hilang selama uji kerapuhan. Tablet yang baik mempunyai nilai
kerapuhan tidak lebih dari 1% (Parrot, 1970).
d. Waktu hancur
Waktu hancur didefinisikan sebagai waktu yang diperoleh untuk
hancurnya tablet dalam media yang sesuai. Tablet melepaskan obatnya
dengan deagregasi (hilangnya kohesi granul) yang menghasilkan dispersi
komponen dalam partikel halus (Fudholi, 1983). Tablet effervescent yang
baik memiliki waktu larut tidak lebih dari 1 menit (Banker and Anderson,
1986). Menurut Bertuzzi (2005), formulasi tablet effervescent akan larut
dalam ≤ 2 menit.
8. Pemerian Zat Aktif dan Zat Tambahan Yang Digunakan
a. Ferrosi Sulfas (FeSO4.7H2O)
Ferrosi sulfas merupakan serbuk putih keabuan, rasa logam, sepat. Besi
(II) Sulfas mengandung tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari
90,0% FeSO4. Kelarutan perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air
bebas CO2 p (Anonim, 1979).
b. Acidum Ascorbicum (Vitamin C)
Vitamin C merupakan serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak
baerbau, rasa agak asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi
gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam larutan cepat
teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 1900C. kelarutan mudah larut
dalam air, agak sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dan dalam benzene (Anonim, 1979).
16
c. Zink Sulfat (Seng sulfat)
Merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, mudah larut dalam air
(Anonim, 1995).
d. Acidum Citricum (Asam Sitrat)
Asam sitrat merupakan hablur bening. Tidak berwarna atau serbuk hablur,
putih, tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar. Dalam udara
kering sangat mudah larut dalam air (Anonim, 1995).
e. Acidum Tartaricum (Asam Tartrat)
Asam tartrat merupakan hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk
hablur sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam, dan stabil di
udara. Kelarutan sangat mudah larut dalam air dan mudah larut dalam
etanol (Anonim, 1995).
f. Natrii Subcarbonas (Natrium Subkarbonat)
Natrium subkarbonat merupakan serbuk hablur putih, stabil di udara
kering, tetapi di dalam udara lembab secara perlahan akan terurai.
Kebasaan bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang kuat atau
dipanaskan. Larut dalam air dan tidak larut dalam etanol (Anonim, 1979)
g. Polyethylengycolum-4000 (Polietilenglikol 4000)
Polietilenglikol 4000 (PEG) merupakan serbuk licin putih atau potongan
kuning gading, praktis tidak berbau, tidak berasa, mudah larut dalam air
(Anonim, 1979). Higroskopis, bisa berfungsi sebagai pengikat, pelicin dan
surfaktan (Rowe, 2006).
h. Manitol (Pemanis Non Gula)
17
Serbuk berwarna putih, bau khas, rasa manis, lembut agak dingin terasa
ditenggorokan dan sangat mudah larut dalam air (Rowe, 2006).
9. Metode Pengolahan
Menurut Ansel (1989), tablet effervescent dibuat memakai dua metode umum
yaitu metode granulasi kering atau metode peleburan dan metode granulasi
basah.
a. Metode peleburan / granulasi kering
Dalam metode ini, satu molekul air yang ada pada setiap molekul asam
sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Sebelum
serbuk-serbuk dicampur atau diaduk kristal asam sitrat dijadikan serbuk,
baru dicampur dengan serbuk-serbuk lainnya atau setelah disalurkan
melewati ayakan no. 60 mesh untuk memantapkan keseragaman atau
meratanya pencampuran. Ayakan dan alat pengaduk harus terbuat dari
stainless steel atau bahan lain yang tahan terhadap pengaruh asam.
Mencampur atau mengaduk serbuk-serbuk ini dilakukan cepat dan lebih
baik di lingkungan yang kadar kelembabannya rendah untuk mencegah
terhisapnya uap-uap air dari udara oeh bahan-bahan kimia dan oleh reaksi
kimia yang terjadi lebih dini. Setelah selesai pengadukan, serbuk
diletakkan di atas lempeng atau gelas atau nampan yang sesuai dalam
sebuah oven atau pemanas lainnya yang sesuai dan sebelumnya oven ini
dipanaskan antara 33,8-400C selama proses pembuatan serbuk dibolak-
balik dengan memakai spatel tahan asam. Panas menyebabkan lepasnya air
kristal dari asam sitrat, dimana yang pada gilirannya melarutkan sebagian
18
campuran serbuk, memacu reaksi kimia dan berakibat melepaskan
beberapa karbondioksida. Ini menyebabkan bahan serbuk yang dihaluskan
menjadi agak seperti spon dan setelah mencapai kepadatan yang tepat
(seperti pada adonan roti), serbuk ini dikeluarkan dari oven dan diremas
melalui suatu ayakan tahan asam unuk membuat granul yang lebih besar,
ayakan no.8 untuk membuat granul ukuran sedang, dan ayakan no.10
mengayak granul yang lebih kecil. Ketika semua adonan telah melalui
ayakan, granul-granul ini segera mengering pada suhu tidak lebih dari
540C dan segera dipindahkan ke wadah lalu disimpan secara tepat dan
rapat.
b. Metode granulasi basah
Metode granulasi basah berbeda dari metode peleburan, karena metode
granulasi basah tidak perlu air kristal asam sitrat akan tetapi digunakan air
yang ditambahkan kedalam pelarut (seperti alkohol) yang digunakan
sebagai unsur pelembab untuk membuat adonan bahan yang lunak dan
larut untuk pembuatan granul. Begitu cairan yang cukup ditambahkan
(sebagian) untuk mengolah adonan yang tepat, baru granul diolah dan
dikeringkan dengan cara seperti diuraikan di atas.
E. Landasan Teori
Asam sitrat dan asam tartrat merupakan kombinasi asam yang sering
digunakan dalam tablet effervescent, karena jika hanya digunakan bahan asam
tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam
19
tunggal, granul yang dihasilkan akan rapuh dan menggumpal. Bila asam sitrat saja
akan menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul (Ansel, 1989).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi sumber asam
(asam sitrat dan asam tartrat), dengan harapan dapat mengatasi masalah yang
disebabkan oleh penggunaan sumber asam tunggal.
Berdasarkan hasil penelitian Aditya (2005), kombinasi asam sitrat dan
asam tartrat merupakan kombinasi yang baik dan banyak digunakan dalam tablet
effervescent karena dapat memperkuat ikatan antar partikel didalam tablet
effervescent, sehingga dapat menghasilkan kekerasan tablet yang baik, secara
otomatis tablet tersebut juga memiliki kerapuhan yang baik tetapi waktu larutnya
akan lebih lama.
Adanya ion karbonat hasil reaksi antara asam dan basa tablet effervescent
akan mempercepat waktu larut tablet effervescent, dan ion karbonat juga dapat
menghasilkan rasa yang menyegarkan pada tablet effervescent (Banker and
Anderson, 1989).
F. Hipotesis
Variasi konsentrasi asam sitrat-asam tartrat sebagai sumber asam diduga
dapat mempengaruhi sifat fisik granul (sifat alir, sudut diam, pengetapan), sifat
fisik tablet (keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut) serta respon
rasa tablet effervescent yang mengandung Fe, Zn dan vitamin C. Pada konsentrasi
tertentu kombinasi asam sitrat-asam tartrat dapat menghasilkan tablet effervescent
dengan sifat fisik granul dan tablet serta respon rasa yang memenuhi persyaratan
tablet effervescent yang baik